Friday, April 27, 2012

TUGAS KULIAH PEMBAHASAN MENGENAI ( DEPRESI )






Pengertian Depresi

Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.

Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban (retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar, mengingat, merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat (A. Supratiknya, 1995 : 67).

Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya.

Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Hurlock (1992 : 387 ) mengemukakan beberapa masalah yang umumnya unik pada lanjut usia, yaitu :
a. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status ekonominya.
d. Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.
i. menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat “buaya darat”, dan kriminalitas karena tidak sanggup lagi mempertahankan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.

2. Aspek Depresi
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.

a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :
1). Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.
2). Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
3). Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
4). Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
5). Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
6). Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.

b. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :
1). Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya.
2). Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik.
3). Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang dilakukan.
4). Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
5). Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.

c. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional ; meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.

Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.

3. Proses Terjadinya Depresi
Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh terhadap perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari figur yang penting bagi individu pada periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan depresi pada masa yang akan datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan demikian.

Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165), keadaan depresi didominasi oleh perasaan kehilangan, rasa bersalah dan ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari depresi ada dua, yaitu :
a. Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya yang ditinggalkan atau ditolak.
b. Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara tepat dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang.

Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.

Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.

Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.

Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
a. Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya reinforcement.
b. Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul depresi.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi
Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
a. Faktor individu yang meliputi :
1). Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.
2). Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain.

b. Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.

c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik, kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.

B. Kebutuhan Berafiliasi
1. Pengertian Kebutuhan Afiliasi
Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan kehidupanya, baik anak-anak maupun dewasa. Kebutuhan merupakan kekurangan dalam diri individu yang sangat diperlukan dalam kehidupannya. Kekurangan itu memerlukan adanya pemenuhan untuk kelangsungan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Apabila kekurangan itu tidak terpenuhi, maka individu tersebut akan mengalami frustasi.

Sebagian besar hasrat dan dorongan pada seseorang adalah saling berhubungan dengan orang lain, salah satu alasannya adalah karena individu memiliki kebutuhan akan afiliasi, kebutuhan afiliasi termasuk salah satu motif sosial yaitu motif yang diperoleh dari interaksi interpersonal dan tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang lain. Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi memiliki keinginan untuk memelihara suatu persahabatan, amat peka mengenai hubungannya dengan orang lain dan lebih senang menaruh perhatian pada hubungan sosialnya (James & Joan, 1990 : 225). Menurut Adler (A. Supratiknya, 1994: 241), manusia selain sebagai individu yang berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri juga merupakan makhluk sosial. Individu menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kerjasama sosial, menempatkan kesajahteraan sosial diatas kepentingan dirinya sendiri. Minat sosial yang ada pada dirinya terjelma dalam bentuk-bentuk kerjasama, hubungan antar pribadi dan hubungan sosial, identifikasi dengan kelompok, empati dan sebagainya.

Selain itu menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, 1989 : 35) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekerjasama atau membalas ajakan orang lain yang berkelompok, membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai, patuh dan tetap setia kepada seorang kawan. Dalam kebutuhan afiliasi ini terkandung kepercayaan dan kemauan, baik afeksi dalam bersahabat, sosial, menyenangkan penuh kasih sayang dan kepercayaan serta bersifat baik. Kebutuhan berafiliasi berhubungan dengan keinginan individu untuk berteman dan keinginan untuk mempertahankan yang telah terjalin agar dapat berjalan dengan baik.

Chaplin (1999 : 14) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk bersama dengan orang lain, penbenyukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu, kerjasama kooperatif. Sedangkan menurut Barkowitz (dalam A.S Munandar, 1993 : 77) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan yang mendasari aktifitas individu dalam bereaksi dengan orang lain.

Selain itu McClelland (dalam A.S Munandar, 1994 : 77) kebutuhan afiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Sedangkan menurut Mc Adams dan Contantian (dalam Sarlito. W.S, 1994 : 77) kebutuhan afiliasi berhubungan dengan bagaimana keinginan sesorang untuk bersama dengan orang lain daripada seorang diri.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan cara menjalin persahabatan, bekerjasama dan berada bersama - sama dengan orang lain.

2. Karakteristik Kebutuhan Berafiliasi
Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan yang timbul dari dalam diri individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosilanya. Individu yang kebutuhan berafiliasinya tinggi terdorong untuk membentuk persahabatan. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi juga memiliki karakteristik tertentu.

Karakteristik yang ditampilkan oleh individu yang memiliki afiliasi yang kuat dikemukakan oleh McClelland (1987 : 356) adalah sebagai berikut :
a. Akan tampil lebih baik jika ada insentif afiliasi
Individu butuh akan penghargaan maupun identitas diri, kebutuhan ini akan dapat terpenuhi apabila individu bersama dengan orang lain, yaitu dengan cara mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan aktif mengikuti kegiatan selain menghasilkan prestasi juga mengandung insentif afiliasi berupa penghargaan dan identitas diri dari orang lain.

b. Mempertahankan hubungan antar induvidu
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan belajar hubungan sosial dengan cepat. Lebih peka dan banyak berkomunikasi dengan orang lain, juga berharap untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. Mempertahankan hubungan antar individu akan tampak bila individu berusaha untuk terlibat dengan orang - orang disekitarnya, diantaranya dengan menjalin keakraban dengan orang lain dan menjaga persahabatan yang telah terbina.

c. Kerjasama dan menghindari persaingan
Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung setuju dengan pendapat orang lain yang tidak dikenal, yang tidak sependapat dengannya selama orang tersebut dianggap menarik. Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi senang bekerjasama dengan teman - teman dan bersikap mengalah dari orang lain untuk menghindari situasi yang bersifat kompetitif.

d. Rasa takut akan penolakan
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan menunjukkan terhadap situasi penolakan, merasa sendiri bila ditinggalkan secara fisik dan menekankan rasa saling mengasihi. Individu berusaha bertindak dalam berbagai cara untuk menghindari konflik dan persaingan karena mereka merasa takut mendapat umpan balik negatif dari orang lain. Agar tidak mendapat umpan balik dari orang lain dengan cara berbuat baik dengan sesama teman dan mengikuti aturan yang ada.

e. Tingkah laku kepemimpinan dalam kelompok
Karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi, dalam tugas senang berada bersama anggota kelompoknya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurangi perbedaan antar anggota agar dapat selalu bersama - sama. Selain itu karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi mampu mengarahkan aktifitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan. Individu yang memiliki tipe tingkah laku kepemimpinan dapat membangkitkan semangat anggotanya, memberi pengarahan dan memberi petunjuk kepada anggota kelompoknya, ikut dalam kegiatan kelompoknya. Tingkah laku kepemimpinan lebih mengutamakan anggota daripada tugas yang harus diselesaikan oleh kelompoknya dan bersikap adil kepada anggota kelompoknya tanpa membedakan satu sama lain.

Menurut A.S Munandar (1994 : 77) seseorang yang memiliki dorongan persahabatan yang tinggi akan memperlihatkan ciri - ciri tingkah laku sebagai berikut:
a. Lebih suka bersama dengan orang lain.
b. Sering berhubungan dengan orang lain.
c. Lebih memperlihatkan segi hubungan pribadi dalam bekerja daripada tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu.
d. Melakukan pekerjaannya lebih giat apabila bekerjasama dengan orang lain.

Salah satu analisis kebutuhan afiliasi dikemukakan oleh Weiss (dalam Sears, 1985 : 211), yaitu apa yang disebutnya enam dasar “ketentuan hubungan sosial” yang diberikan berbagai hubungan bagi individu, yaitu :
a. Kasih sayang, merupakan rasa aman dan ketenangan yang diberikan oleh hubungan yang sangat erat
b. Integrasi sosial, merupakan perasaan berbagai minat dan sikap yang sering diberikan oleh hubungan dengan teman, rekan sekerja atau teman seregu. Hubungan semacam ini memungkinkan adanya persahabatan dan memberikan rasa mempunyai kepada kelompok
c. Harga diri, diperoleh jika ada orang yang mendukung perasaan kita bahwa kita adalah orang yang berharga dan berkemampuan
d. Rasa persatuan yang dapat dipercaya, melibatkan pengertian bahwa orang akan membantu kita pada saat kita membutuhkan
e. Bimbingan, diberikan oleh konselor, orang tua, guru, teman-teman lain yang nasehat dan informasinya kita harapkan
f. Kesempatan untuk mengasuh, terjadi jika kita bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Mengasuh orang lain memberikan perasaan bahwa kita dibutuhkan dan penting.

3. Alasan-alasan Individu Memenuhi Kebutuhan Afiliasi
Setiap individu memiliki alasan yang berbeda - beda dalam memenuhi kebutuhan afiliasi. Beberapa para ahli mengemukakan alasan - alasan seseorang untuk berafiliasi. Menurut McAdams dan Losof (dalam Sarlito, 1999 : 201) alasan individu berafiliasi diantaranya adalah :
a. Kebutuhan untuk mengurangi kecemasan atau ketidakpastian
b. Mendapat rangsang positif dari orang lain
c. Mendapat dukungan emosional
d. Mendapat perhatian dari orang lain

Zimbardo dan Formika (dalam Zimbardo, 1980 : 256) mengemukakan bahwa dalam keadaan yang tidak menekankan individu berafiliasi untuk dicintai dan mencintai, untuk menghibur diri dan berbagi dengan orang lain. Sedangkan bila dalam keadaan yang menekan, individu akan berafiliasi dengan alasan selain untuk menghibur diri, juga untuk membandingkan emosi dirinya dengan orang lain dan melakukan katarsis (berbicara dengan orang lain akan mengurangi tekanan).

Boyatzis (dalam A.S Munandar, 1993 : 77) mengatakan keinginan berafiliasi berdasarkan dua cara, yaitu :
a. Approach Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan untuk menciptakan, membangun hubungan baik, penuh kasih sayang, mengadakan kontak dengan orang lain.

b. Avoidance Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan untuk menghindari sesuatu. Menyangkut keinginan untuk mempertahankan persahabatan, takut ditolak atau ditinggalkan sendirian oleh orang lain. Selalu ingin mencari persetujauan dengan orang lain, mencari pertolongan untuk meyakinkan diri bahwa orang lain masih tetap ingin bersahabat dan menaruh perhatian pada dirinya.

James dan Joan (1990 : 247) menyatakan bahwa seorang individu memiliki alasan untuk berafiliasi berdasarkan tiga teori, yaitu :
a. Social Change Theory (Teori Pertukaran Sosial)
Seseorang berafiliasi untuk mencapai tujuan tertentu, tujuan ini hanya dapat dicapai bila individu berafiliasi dengan orang lain. Berafiliasi dengan orang lain dijadikan perantara untuk mencapai tujuan.

b. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)
Kebutuhan akan penghargaan maupun identitas diri hanya dapat dipenuhi bila ada orang lain. Oleh sebab itu individu berafiliasi dengan keinginan untuk mendapatkan penghargaan maupun identitas diri.

c. Social Comparison Theory (Teori Perbandingan Sosial)
Individu berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa individu memiliki alasan untuk memenuhi kebutuhan afiliasi karena adanya tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan sosial, individu dapat menghibur diri serta dapat membandingkan perasaan emosinya dengan orang lain. Tanpa afiliasi individu tidak akan dapat bekerja sendiri dalam mencapai tujuan.

4. Kebutuhan Afiliasi pada Lanjut Usia
Pada dasarnya kebutuhan berafiliasi ada pada setiap manusia, pada lanjut usia kebutuhan berafiliasi dilakukan dengan menjalin persahabatan, secara khusus sahabat berfungsi penting untuk kesehatan psikologisnya dan sahabat dimasa - masa sulit yang dialaminya (Lewittes, 1998 : 99).

Selain keluarga, lanjut usia di panti werdha akan berusaha memenuhi kebutuhan berafiliasinya dengan menjalin hubungan yang baik dengan teman - teman di panti. Kesempatan memilih sahabat merupakan hal yang penting bagi para lanjut usia terutama bagi lanjut usia yang tidak dapat lagi mengontrol hal - hal lain dalam hidup lanjut usia. Keakraban suatu persahabatan penting untuk meyakinkan apakah lanjut usia masih dihargai dan diperlukan walaupun lanjut usia telah kehilangan beberapa hal yang berarti dalam hidupnya, seperti kesehatan dan lain - lainnya.
Penelitian ini menekankan pada aspek yang berbeda dari persahabatan pada lanjut usia yaitu adanya persamaan minat, keterlibatan sosial dan saling membantu. Bagi para lanjut usia, kebutuhan afiliasi berfungsi untuk memahami perasaan dan pikiran-pikirannya yang paling dalam, membicarakan kecemasan dan keluhan-keluhan penyakit yang dideritanya, berbagi rasa dan pengalaman sehubungan dengan perubahan dan krisis-krisis yang dihadapinya pada masa tua (Papalia & Olds, 1992 : 147).

Beberapa studi menemukan bahwa kebutuhan berafiliasi secara nyata berefek positif terhadap semangat hidup, kebahagiaan, dan kepuasan hidup diantara orang lanjut usia (Aizenberg & Treas; Fisher & rekan; Roberto & Kimboko dalam Lemme, 1995 : 90).

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1992 : 10) membagi tugas perkembangan, yaitu :
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiunan dan berkurangnya pendapatan.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Membentuk hubungan dengan orang – orang seusia.
e. Pengaturan kehidupan fisik yang menyenangkan atau memuaskan.
f. Menyesuaikan diri dengan persaan sosial yang luwes.

Menurut Hurlock (1992 : 442) juga ada kebutuhan lanjut usia yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan pada masa tua, yaitu : kebutuhan yang diterima “acceptance”, kebutuhan afektif “affection”, kebutuhan prestasi “achievement”.

Hasil survey menemukan semangat hidup pada lanjut usia lebih kuat hubungannya pada interaksi dengan sahabat. Dengan adanya sahabat dapat memberikan stimulasi nilai, menambah daya tarik dan kesempatan untuk bersosialisasi dalam hidup, memperluas pengetahuan, memberikan ide atau pandangan (Babhuck; Geneway dalam Papalia & Olds, 1992 : 146).

Hubungan lanjut usia dengan teman - teman di panti memang berbeda hubungannya dengan keluarga karena lanjut usia dapat memilih dengan siapa lanjut usia ingin berteman. Menurut Lewittes (1998 : 55) lanjut usia memilih sahabatnya atas dasar beberapa hal yaitu : kesamaan usia, kesamaan jenis kelamin, tempat tinggal, kesamaan suku, kesamaan status sosial-ekonomi, persamaan status perkawinan.

Dari uraian diatas, maka dapat ditari kesimpulan bahwa definisi kebutuhan berafiliasi pada lanjut usia adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk menjalin hubungan persahabatan yang positif dan berafeksi dengan orang lain, dengan cara berbagi rasa dan pengalaman sehubungan dengan krisis yang dihadapinya pada masa tua.

C. Hubungan Antara Kebutuhan Berafiliasi Dengan Kecenderungan Depresi Pada Wanita Lanjut Usia
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial karena setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dapat intim atau akrab dengan sesamanya (need for intimacy) dimana kebutuhan ini muncul pertama kali pada saat seorang bayi ingin menjalin kontak dengan orang lain (Fromm-Reichman dalam Peplau & Perlan, 1982 : 4). Hal ini ditambahkan oleh Mc Dougall (dalam Atkinson & Hillgard, 1996 : 6) yang menyatakan bahwa salah satu naluri manusia yaitu suka berteman. Jika kebutuhan untuk kontak dengan orang lain atau berinteraksi sosial tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan tertekan pada individu yang bersifat subyektif.

Dengan berjalannya waktu, sesungguhnya kebutuhan tersebut tetap sama sepanjang masa remaja atau dewasa, kebutuhan tersebut dapat langsung terpenuhi tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Keterlibatan individu pada situasi sekolah, kerja, teman sekelompok dan pasangan hidup, dengan kemampuan mobilitas yng tinggi lebih memungkinkan terjadinya kontak sosial. Tetapi pada masa lanjut usia terjadi perubahan-perubahan dalam peran sosial dan emosional. Menurut Hyuck, Hoyer dan Kivett (dalam Schultz & Moore, 1984 : 195) masa ini ditandai dengan kehilangan kekuatan ekonomi dan sosial, kehilangan pasangan hidup dan teman-teman yang menimbulkan perubahan peran dan pengurangan keterlibatan lanjut usia dalam interaksi sosial.

Dengan keadaan yang seperti itu, para lanjut usia diharapkan melakukan penyesuaian diri dengan tugas-tugas perkembangan yang dihadapi. Lanjut usia diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap kemunduran kesehatan, pensiun, kematian pasangan hidup dan mengembangkan hubungan kedekatan dengan teman seusia serta anak, cucu atau keluarga lainnya.

Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat menuju modernisasi terjadi pula pergeseran dalam pola interaksi keluarga. Perubahan-perubahan yang cepat, kesibukan, pekerjaan dan munculnya teknologi baru yang dapat menimbulkan kesenjangan pengalaman antar generasi tua dan muda. Akibatnya komunikasi dan keakraban hubungan didalam keluarga menjadi berkurang. Penghargaan terhadap lanjut usia sering hanya diwujudkan dalam bentuk materi.

Pada dasarnya lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya sebagai tempat bergantung yang terdekat. Lanjut usia ingin hidup bahagia dan tenang dihari tua serta masih ingin diakui keberadaannya. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu, anak – anak dan teman – temannya juga semakin sibuk dengan masalahnya sendiri.

Sebenarnya lanjut usia tidak akan menimbulkan masalah yang berarti bagi keluarganya apabila keluarganya masih sanggup merawatnya. Namun, bila keluarganya menjadi semakin sibuk dan tidak memiliki waktu dan tenaga untuk merawatnya, salah satu jalan yang dipilih adalah dengan menempatkan lanjut usia di panti werdha. Keputusan keluarga untuk menempatkan lanjut usia di panti werdha belum tentu diterima oleh lanjut usia. Lanjut usia mungkin saja merasa terbuang, tidak dibutuhkan lagi, terisolasi dan kehilangan orang – orang yang dicintai (Turner & Helms, 1983). Hal ini menyebabkan lanjut usia harus mampu menyesuaikan diri diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama penghuni panti, apabila lanjut usia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan panti, lanjut usia akan merasa kesepian dan mudah mengalami depresi.

Salah satu cara umum untuk mengatasi depresi adalah dengan cara berafiliasi atau berintegrasi dengan orang lain. Kebutuhan berafiliasi pada lanjut usia terutama mengarah pada kebutuhan berada dengan keluarganya terutama anak – anaknya karena kebersamaan didalam keluarga merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap individu, terutama bagi para lanjut usia. Berkumpul bersama pasangan, anak, cucu, membuat harapan hidup para lanjut usia bertambah panjang dan hubungan yang baik diantara semua anggota keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang besar bagi para lanjut usia (Turner & Helms, 1995 : 215).

Menurut Mullins dan Dugan (dalam Nanik Afida, 2000 : 185) menyatakan bahwa anggota keluarga, terutama anak – anak cenderung menyumbang lebih besar terhadap kebahagiaan para lanjut usia daripada teman – teman. Sumbangan ini dapat beripa dukungan emosional, penjagaan kesehatan, dan dukungan finansial. Selain itu, perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh anak – anaknya dapat meningkatkan kepuasan serta rasa aman, sehingga membuat para lanjut usia merasa kebutuhan berafiliasinya terpenuhi.Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika sedang mengalami depresi, individu termotivasi untuk mencari orang lain yang mengalami situasi yang sama. Alasannya ada dua macam. Pertama, berkumpul dengan orang lain dan berbicara kepada mereka tentang keadaan yang dialami tampaknya dapat menolong untuk mengurangi depresi yang dialaminya. Kedua, dengan membandingkan reaksi individu itu sendiri dengan orang lain, sehingga individu dapat lebih mampu mengatur dan mengevaluasi perasaan individu tersebut. Dengan kata lain, individu dapat mengurangi depresi yang dialaminya dengan cara berafiliasi dengan orang lain.

Tambahan sumber : http://mklh12depresi.blogspot.com/

Tuesday, April 17, 2012

TUGAS KULIAH ( SOSOK SEORANG IBU )


Sosok Seorang Ibu,.,.,

Sembilan bulan sudah ibu kita telah mengandung tidak ada kata lelah baginya untuk apa yang akan diberikan kepada anaknya, hingga kemudian terlahirlah sang putera. Ibu selalu hadir disana siang dan malam untuk merawat sibuah hati, menggendongnya, menyusui, memberinya makan hingga memandikannya. Dan tak terasa hingga kita sudah beranjak dewasa. Seakan cepat waktu ini bergulirnya. Demi hartanya dia rela untuk mengorbankan apa apa yang di berikan kepada anaknya. Untuk itu hormatilah ibu jangan pernah sesekali untuk menyakitinya, dan balaslah atas jasa-jasanya berikanlah kebahagiaan untuknya.
Dalam hadist disebutkan bahwa “surga itu berada ditelapak kaki ibu” maka berbaktilah kepada ibumu, dalam kisah malin kundang di uraikan bahwa seorang malin telah durhaka terhadap ibunya, dalam hadist disebutkan bahwa hanya orang- oaring yang durhaka kepada ibunya maka baginya akan celaka sehingga kebesaran tuhan itu ditunjukan terhadap simalin yang dikutuk menjadi batu.
Ibu adalah perpanjangan tangan Tuhan. Bahkan, kata sebuah hadits, seandainya di dunia ini ada makhluk yang pantas disembah, maka makhluk itu adalah ibu. “Ibumu…… Ibumu…… Ibumu….” Begitu ulang lisan mulia Rasulullah hingga tiga kali, ketika salah seorang sahabat menanyakan siapa yang paling pantas untuk dihormati.

Kebaikan : Sosok Ibu memiliki kebaikan yang tak akan pernah terbayar oleh bumi dan isinya untuk itu hormatimalah ibu dan berbaktilah kepadanya
Keburukan : Seorang Malin Kundang yang telah durhaka terhadap ibunya sehingga dia mendapat kutukan
Saran : Jangan pernah berperilaku tidak baik terhadap ibu, sayangilah ibu seperti dia menyayangi kita, hormatilah pula dan berbaktilah kepadanya niscaya kebaikan itu akan selalu abadi baginya.


Puisi sarjana muda

Gelar sarjana muda, masih terpancar kelam dalam relung hati
Sejuta langkah telah ku lalui dari terbit fajar hingga senja
Mendaki puncak tertinggi melewati lembah penuh misteri
Terkadang jiwa ini merasa lelah, namun langkahku tak pernah terhenti, inilah harapanku
Ku tetap tegar terus berjalan mengiringi semangatku
Sesekali ku berlari, berjuang menghempaskan ketakutan
Agar aku dapat berteriak sekeras mungkin di bukit tertinggi
Menemui hari yang indah saat aku melempar topi wisuda kelangit biru yang penuh warna, dan bahagia.

Penulis : Jaeni Dahlan.Skom



Puisi sarjana muda, puisi calon sarjana, puisi sarjana, puisi seorang sarjana.


Monday, April 2, 2012

TUGAS KULIAH DAMPAK KEBUDAYAAN ASING TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT

Indonesia merupakan bangsa yang, terkenal akan keanekaragaman budaya serta terdiri dari berbagai suku, dan juga bahasa yang meliputi berbagai ribuan pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki keanekaragaman budaya tersendiri. Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Pada kondisi saat ini kebudayaan mulai ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter mayarakat Indonesia yang suka meniru.
.Generasi muda termasuk mahasiswa di dalamnya, baik disadari atau tidak memegang amanah dalam menjaga kelestarian keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia. Dalam menjaga kelestarian budaya Indonesia tersebut banyak cara yang dapat dilakukan sesuai dengan kemampuan dan batasan-batasan yang ada. Jangan sampai di saat budaya kita diambil bangsa lain, baru kita menyadari betapa bagusnya nilai-nilai yang terkandung dalam budaya kita itu sendiri.
Perkembangan zaman dan teknologi yang semakin lama semakin canggih serta perdagangan bebas yang telah terjadi di dunia khususnya Indonesia telah meracuni bangsa Indonesia terhadap moral akhlak dan tatakrama pergaulan anak remaja, adat budaya Indonesia yang dulu katanya Indonesia kaya akan budayanya kini terhapus semua oleh yang namanya kemajuan zaman, salah satu contohnya yang telah kita tahu kesenian Reog Ponorogo yang berasal dari Jawa Timur ponorogo telah di akui oleh bangsa Malaysia itu di sebabkan karena kekurangpedulian dan pelestariannyannya kita terhadap budaya kita
Perkembangan zaman era Globalisasi sekarang ini amatlah pesatnya sehingga membuat kita sering takjub dengan segala penemuan-penemuan baru disegala bidang. Penemuan-penemuan baru yang lebih banyak didominasi oleh negara-negara Barat tersebut dapat kita simak dan saksikan melalui layar televisi, koran, Internet dan sebagainya yang sering membuat kita geleng-geleng kepala sebagai orang Indonesia yang hanya bisa menikmati dan memakai penemuan orang-orang Barat tersebut. Penemuan-penemuan baru tersebut merupakan sisi positif yang dapat kita ambil dari negara-negara Barat itu sedangkan di negara-negara Barat itu sendiri makin maju dan modern diiringi pula dengan bebasnya mereka dalam bertindak dan berperilaku dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi suatu kebiasaan yang membudaya.
Kebiasaan-kebiasaan orang Barat yang telah membudaya tersebut hampir dapat kita saksikan setiap hari melalui media elektronik dan cetak yang celakanya kebudayaan orang-orang Barat tersebut yang sifatnya negatif dan cenderung merusak serta melanggar norma-norma ke timuran kita sehingga ditonton dan ditiru oleh orang-orang kita terutama para remaja yang menginginkan kebebasan seperti orang-rang Barat. Kebudayan-kebudayaan Barat tersebut dapat kita mulai dari pakaian dan mode, musik, film sampai pada pergaulan dengan lawan jenis.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa faktor utama penyebab masuknya budaya asing ke indonesia?
2. Apa dampak positif dan negatif terhadap masuknya budaya asing ke indonesia ?
3. Apa akibat dari pengaruh budaya asing terhadap masyarakat
4. Apa pengaruh budaya asing terhadap eksistensi jati diri bangsa?
5. Bagaimana untuk mengantisipasi dampak negatif masuknya budaya asing?
1.3 MANFAAT DAN TUJUAN
Dalam makalah ini banyak sekali manfaat yang dapat diambil serta bertujuan, diantaranya untuk:
1. Menyadarkan bagi pemuda dan pemudi penerus bangsa indonesia akan bahaya yang mengancam negeri kita dari dalam maupun luar.
2. Mangetahui gejala yang dialami oleh bangsa indonesia sekarang maupun kedepan.
3. Mengetahui cara penanggulangan krisis budaya tersebut.
1.4 BATASAN MASALAH
Dalam makalah ini terdapat batasan permasalahan yang akan dipaparkan guna menghindari terjadinya perluasan masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Faktor masuknya budaya asing ke indonesia.
2. Tantangan global ke dalam masyarakat.
3. Pengaruh tantangan globalisasi terhadap budaya bangsa.
4. Pengaruh globalisasi terhadap jati diri bangsa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apa yang Menyebabkan Terjadinya Perubahan Budaya Indonesia
Seiring dengan kemajuan zaman serta teknologi yang canggih, Indonesia bangkit menjadi negara berkembang yang semakin lama semakin tumbuh menjadi negara maju dan ini merupakan salah satu perkembangan zaman yang sangat cepat yang sering disebut dalam bahasa sosiologi sebagai REVOLUSI seperti dalam al-qur’an yang terdapat dalam surat yaasin (‘’wassyamsu tajrii limustaqarrillaha dzaalika taqdiirul azizi al-‘aliem’’)yang artinya ‘’ dan matahari berjalan di tempat peredarannya demikianlah ketetapan yang maha perkasa lagi maha mengetahui’’(Q.S. Yaasin: 38) Hilangnya budaya indonesia secara bertahap di akibatkan karena adanya perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat, faktor yang terjadi dalam masyarakat maupun luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat dapat berupa penemuan baru, atau pertentangan dari masyarakat itu sendiri. Faktor yang berasal dari luar masyarakat dapat berupa adanya pengaruh budaya dari masyarakat lainnya.

Menurut Soejono Soekanto (1990: 326-328) perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut:
1) Sistem pendidikan formal yang maju.
2) Sikap menghargai hasil karya orang lain dan berkeinginan untuk maju.
3) Sistem yang terbuka dalam lapisan masyarakat.
4) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyiimpang.
5) Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan kejenuhan.
6) Penduduk yang heterogen adalah masyaarakat yang terdiri atas kelompok- kelompok sosial yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda beda dan ideologi yang berbeda pula.
7) Orientasi ke masa depan yang lebih baik.
8) Adanya kontak dengan masyarakat luar yang menyebabkan terjadinya percampuran budaya.
Perubahan sosial dapat dibedakan dengan perubahan budaya. Menurut E.B. Tylor dalam buku perubahan sosial di yogyakarta karya Selo Soemardjan (1986) kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang mencakup ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat, dan tiap kemampuan serta kebiasaan lainnya yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.oleh karena itu apa bila terjadi perubahan pada salah satu bagian dari keseluruhan kompleks itu, dikatakan sebagai perubahan budaya.
Perubahan sosial juga memiliki persamaan terhadap perubahan budaya, menurut Selo Soemardjan (1986) perubahan sosial dangan perubahan budaya memiliki satu segi kesamaan, yaitu kedua-duanya menyangkut suatu adaptasi atau perbaikan dalam cara masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya berdasarkan penggunaan konsep-konsep sosial dan budaya tersebut.
Namun dalam keadaan seperti ini masyarakat indonesia malu akan budaya sendiri, mereka menganggap bahwa budaya indonesia ketinggalan zaman ini merupakan salah satu penyebab terjadi masuknya budaya asing ke indonesia dengan mudahnya, adapun faktor yang mendukung masuknya budaya asing ke indonesia diantaranya yaitu kemajuan teknologi yang sedikit demi sedikit dapat mempengaruhi kebudayaan nasional.kemudian dari situlah masyarakat indonesia mulai terkena virus-virus kebudayaan asing yang perbedaan budayanya sangat jauh dengan budaya indonesia.

2.2 Dampak Masuknya Budaya Asing ke Indonesia
Masuknya budaya asing ke indonesia disebabkan salah satunya karena adanya krisis globalisasi yang meracuni indonesia. Pengaruh tersebut berjalan sangat cepat dan menyangkut berbagai bidang kehidupan. Tentu saja pengaruh tersebut akan menghasilkan dampak yang sangat luas pada sistem kebudayaan masyarakat. Begitu cepatnya pengaruh budaya asing tersebut menyebabkan terjadinya goncangan budaya(culture shock), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mamapu menahan berbagai pengaruh kebudayaan yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan.
Adanya penyerapan unsur budaya luar yang di lakukan secara cepat dan tidak melalui suatu proses internalisasi yang mendalam dapat menyebabkan terjadinya ketimpangan antara wujud yang di tampilkan dan nilai-nilai yang menjadi landasannya atau yang biasa disebut ketimpangan budaya.
Teknologi yang berkembang pada era globasisasi ini mempengaruhi karakter sosial dan budaya dari lingkungan sosial . Menurut Soerjono Soekanto (1990) masuknya budaya asing ke indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki dampak positif dan negatif.
1) Dampak Positif
Modernisasi yang terjadi di Indonesia yaitu pembangunan yang terus berkembang di Indonesia dapat merubah perekonomian indonesia dan mencapai tatanan kehidupan bermasyarakat yang adil, maju, dan makmur. Hal tersebut dihaarapkan akan mewujudkan kehidupan masyarakat yang sejahtera baik batin, jasmani dan rohani.
2) Dampak Negatif
Budaya yang masuk ke Indonesia seperti cara berpakaian, etika, pergaulan dan yang lainnya sering menimbulkan berbagai masalah sosial diantaranya; kesenjangan sosial ekonomi, kerusakan lingkungan hidup, kriminalitas, dan kenakalan remaja.
a) Kesenjangan Sosial Ekonomi
Kesenjangan sosial ekonomi adalah suatu keadaan yang tidak seimbang di bidang sosial dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Artinya ada jurang pemisah yang lebar antara si kaya dan si miskin, akibat tidak meratanya pembangunan. Apabila jurang pemisah ini tidak segera
ditanggulangi dan menimbulkan kecemburuan masyarakat sosial yang dapat menyebabkan keresahan dalam massyarakat. Kesenjangan sosial itu sendiri akan mengakibatkan hal- hal berikut ini:
• Lahirnya kelompok kelompok sosial tertentu seperti adanya pengamen yang banyak berkeliaran di jalanan yang menyebabkan masyarakat terganggu dan keberadaan pengamen tersebut sering menimbulkan masalah yang dapat meresahkan masyarakat sekitar disamping itu juga terdapat kelompok pengangguran yang semakin hari semakin meningkat jumlahnya dan jika tidak dtanggulangi secara cepat maka akan menimbulkan kasus atau kriminalitas
b) Kerusakan Lingkungan Hidup
Pencemaran yang terjadi di lingkungan masyarakat menimbulkan dampak sebagai berikut:
• Polusi udara, menyebabkan sesak nafas,mata pedih, dan pandangan mata kabur.
• Polusi tanah, menyebabkan lahan pertanian menjadi rusak.
• Polusi air, menyebabkan air tidak bersih dan tidak sehat isi.
c) Masalah Kriminalitas
Kriminalitas adalah perbuatan yang melanggar hukum atau hal- hal yang bersifat kejahatan, seperti korupsi, pencurian, perkelahian, pembunuhan, pemerkosaan dan lainnya. Dalam kriminologi kejahatan disebabkan karena adanya kondisi dan proses- proses sosial yang sama yang menghasilkan perilaku sosial lainnya. Artinya, terdapat hubungan antara variasi angka kejahatan dan variasi organisasi – organisasi sosial dimana kejahatan tersebut terjadi.sebagaimana dikatakan E.H. Sutherland ( dalam Soejono Soekamto, 1990: 367) kriminalitas (perilaku jahat) merupakan proses asosiasi diferensial, karena apa yang dipelajari dalam proses tersebut sebagai akibat interaksi dalam pola dan perilaku yang jahat.
d) Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja adalah penyimpangan perilaku yang dilakukan generasi muda (sekelompok remaja). Misalnya tawuran, perusakan barang milik masyarakat, penyimpangan seksual, dan penyalahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang. Kenakalan remaja dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal dan internal.
1. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari remaja atau keadaan pribadi remaja itu sendiri. Misalnya, pembawaan sikap negatif dan suka dikendalikan yang juga mengarah pada perbuatan nakal. Selain itu, kenakalan remaja dapat disebabkan karena adanya pemenuhan kebutuhan pokok yang tidak seimbang dengan keinginan remaja sehingga menimbulkan konflik pada dirinya dan kurang mampunya si remaja itu menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri remaja itu artinya, berasal dari lingkungan hidup remaja tersebut. Misalnya kehidupan keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan, dan media massa. Seseorangyang hidup dalam keluarga yang tidak harmonis cenderung akan memepnyai perilaku yang kurang baik dan menyimpang dari norma dan nilai yang berada pada masyarakat. Misalnya seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan karena ia idak tahan melihat pertengkaran orang tuanya.

2.3 Pengaruh global terhadap eksistensi jati diri bangsa
Adanya unsur budaya asing yang tidak sosuai dengan kepribadian bangsa indonesia sangat menghawatirkan karena dapat menyebabkan terjadinya goncangan budaya. Namun, di sisi lain masuknya unsur budaya asing de indonesia juga sangat bermanfaat bagi kehidupan bangsa indonesia.
Menurut Bierens de Haan, dalam masyarakat terdapat dua unsur berlawanan, yaitu statika dan dinamika. Unsur statika merupakan unsur-unsur dalam masyatakat yang cenderung memepertahankan suatu keadaan untuk tetap (tidak berubah), seperti adanya vested interest atau golongan orang yang menghendaki status quo. Sebaliknya, unsur dinamika merupakan unsur yang menghendaki adanya perubahan, misalnya perubahan linkungan alam, nilai-nilai sosial, dan perubahan struktur sosial. Adanya unsur statika dan dinamika inilah sesinambungan masyarakat tetap tejadi meskipun terjadi perubahan-perubahan di dalam masyarakat.
Untuk melestarikan kesinambungan kehidupan masyarakat agar tetap eksis tentu saja kita harus menjunjung tinggi jati diri bangsa. Untuk itu, kita pun harus mampu mempertahankan diri dari derasnya arus globalisasi. Unsur-unsur budaya asing yang sesuai kepribadian bangsa dapat kita ambil, sedangkan yang tidak sesuai kita tinggalkan. Dengan demikian, keberadaan bangsa kita akan terus ada meskipun begitu derasnya pengaruh dari luar. Selain itu, bangsa kita pun akan mampu mengikuti perkembangan yang ada dengan tetap menjaga dan melestarikan budaya bangsa sendiri. Budaya bangsa kita yang harus dipertahankan misalnya budaya gotong royong, peduli terhadap lingkungan, dan adanya kerja sama yang baik.
Apa yang akan terjadi jika kita tidak mampu menghadapi tantangan global? Apabila kita tidak mampu menghadapinya, kita akan terisolasi dari bangsa lain. Keberadaan bangsa kita pun tidak diketahui di mata dunia apalagi jika kita tidak mampu menstarakan diri dari bangsa lain.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor Utama Masuknya Budaya Asing
Budaya asing yang masuk ke indonesia mempunyai dampak yang sangat terhadap budaya indonesia, masuknya budaya asing terdiri dari beberapa faktor yang berasal dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri meliputi hal-hal berikut:
a. Penemuan baru
Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat terwujud dalam bentuk penemuan unsur kebudayaan yang baru.
b. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Dengan bertambahnya penduduk masyarakat mulai mengenal hak milik seseorang atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, atau adanya sistem bagi hasil. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatan berkurangnya penduduk karena perpindahan ke daerah lain menyebabkan kekosongan.
c. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan bessar mlai dari bentuk negara, lembaga masyarakat sampai pada keluarga yang mendiami negara tersebut.

d. Pertentangan masyarakat
Pertentangan masyarakat yang terjadi diantara individu dapat menyebabkan perubahan sosial.
Faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat maliputi hal berikut:
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan dan banjir.
b. Perubahan sosial yang terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya.
c. Peperangan dengan negara lain juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan.

3.2 Dampak Terhadap Masuknya Budaya Asing
Budaya asing yang masuk ke indonesia brdampak sangat buruk dengan nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki oleh bangsa indonesia, karena indonesia dengan mudah meniru budaya, perilaku, cara bergaul, dan berpakaian sangat tidak sesuai dengan budaya indonesia. Dampak negatif yang terlihat jelas pada indonesia diantaranya goncangan budaya atau sering disebut dengan culture shock, ini terjadi karena adanya anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan-perubahan akibat budaya asing yang masuk, misalnya adanya penggusuran karena ada pembangunan gedung atau bangunan, sukarnya mencari lahan tempat tinggal maka hal ini membuat mereka frustasi dalam menghadapi biaya hidup yang semakin besar akhirnya mereka pun melakukan perilaku menyimpang. Selain itu akan terjadinya pergeseran nilai budaya indonesia yag menimbulkan kebimbangan, karena masuknya usur-unsur budaya asing yang sangat cepat dan pesat mengakibatkan perubahan sosial yang berkesinambungan, akibatnya masyarakat yang mengalami kebimbangan, dimana mereka tidak mempunyai pegangan menyebabkan anggota masyarakat tidak mampu mengukur tindakannya. Kebimbangan yang dialami masyarakat dapat mendorong perbuatan menyimpang seperti pergaulan bebas, munculnya sifat konsumerisme. Selain dampak negatif terdapat juga dampak positif diantaranya tumbuhnya indonesia menjadi negara berkembang dan maju serta pembangunan yang semakin pesat terjadi di kota-kota besar, perekonomian indonesia semakin maju dan berkembang.
3.3 Tantangan Masuknya Budaya Asing ke Dalam Masyarakat
Masuknya unsur-unsur asing yang diadopsi oleh masyarakat indonesia dianggap dapat mengancam nilai-nilai, tatanan hidup, gaya hidup, sikap, dan dan pikiran, hal ini merupakan salah satu akibat dari adanya keterbukaan dan hubungan dengan bangsa lain.
Adanya globalisasi dan komunikasi yang semakin terbuka, hubungan antar bangsa semakin mudah selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dimana nilai-nilai sosial budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian kita ikut masuk dalam kebudayaan bangsa, akibatnya akan mempengaruhi pola pikir, sikap hidup, dan perbuatan kita. Sejalan dengan itu, nilai-nilai sosial budaya yang belum sesuai dengan nilai budaya bangsa indonesia juga dapat ikut diserap.
Menurut Bierens de Haan nilai-nilai tersebut dapat berupa sifat, pandangan, paham, dan juga hidup yaitu, diantaranya:
A. EGOIS yaitu hanya mementingkan diri sendiri.
B. MATERIALISME yaitu pandangan yang mengutamakan materi.
C. SEKULARISME yaitu paham yang mengajarkan bahwa moralitas tidak perlu diajarkan pada ajaran agama.
D. EKSTRIMISME yaitu pikiran atau pandangan yang melampaui batas kebiasaan atau norma-norma.
E. CHAUVIMISME yaitu paham yang mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa orang lain.
ELITISME dan eksklusifisme yaitu pikiran atau pandangan dari seseorang yang merasa dirinya merupakan orang atau sekelompok orang yang terpandang atau sederajat tinggi hingga orang lain dianggap rendah.
F. DISKRIMINATIF yaitu sifat yang suka membeda-bedakan orang dengan orang lain.
G. KONSUMTIF sifat seseorang yang suka membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang tidak menghasilkan manfaat.
H. GLAMORISTIK yaitu suatu sikap atau gaya hidup yang bermewah-mewahan.

3.4 Cara Mengantisipasi Dampak Negatif Masuknya Budaya Asing
Globasisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat mendunia, dimana batas wilayah bukan lagi hambatan yang berarti. Hubungan antar bangsa berlangsung lebih aktif. Setiap bangsa pun tidak menutup diri dari bangsa lain. Indonesia ssebagai bangsa yang terbuka harus siap menerima pengaruh tersebut.
Negara yang berhasil mewujudkan globalisasi harus dapat memanfaatkan globalisasi dalam segi kehidupan tetapi juga harus mampu menyaringnya melalui ideologi bangsa yang kokoh, dengan begitu negara tersebut akan berkembang secara cepat. Sebaliknya, apabila ketahanan ideologi dan pandangan hidup suatu bangsa rapuh, globalisasi justruakan membuat jati diri bangsa tersebut memudar.
Dibawah ini merupakan beberapa hal yang harus dilakukan untuk antisipasi dampak budaya asing.
1) Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing
Nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan bangsa kita dapat diserap sehingga akan memperkaya nilai budaya bangsa kita, sedangkan yang kita tinggalkan untuk itu, hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesetiaan kita kepada ideologi nasional (Pancasila).
b. Mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong royong.
c. Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya.
2) Memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional
Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa dengan cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah keluar negeri. Selain itu, dapat dilakukan dengan menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

3) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan makmur yang tetap berkepribadian indonesia, kita harus tetap beriman dn bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Dalam menjalani tuntutan era globalisasi, kita tetap mampu berdiri kokoh sebagai bangsa dengan ideologi dan pandangan hidup nasional yang tangguh serta kebudayaan nasional yang yang luhur.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dari hasil karya tulis yang berjudul “Pengaruh Budaya Asing Terhadap Bangsa Indonesia” dapat disimpulkan bahwa:
masuknya budaya asing terdiri dari beberapa faktor yang berasal dari dalam masyarakat maupun dari luar masyarakat.
Faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat itu sendiri meliputi hal-hal berikut:
a. Penemuan baru
Penemuan baru sebagai sebab terjadinya perubahan dapat terwujud dalam bentuk penemuan unsur kebudayaan yang baru.
b. Bertambah atau berkurangnya penduduk.
Dengan bertambahnya penduduk masyarakat mulai mengenal hak milik seseorang atas tanah, sewa tanah, gadai tanah, atau adanya sistem bagi hasil. Hal ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur masyarakat terutama lembaga kemasyarakatan berkurangnya penduduk karena perpindahan ke daerah lain menyebabkan kekosongan.
c. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan bessar mlai dari bentuk negara, lembaga masyarakat sampai pada keluarga yang mendiami negara tersebut.
d. Pertentangan masyarakat
Pertentangan masyarakat yang terjadi diantara individu dapat menyebabkan perubahan sosial.
Faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat maliputi hal berikut:
a. Bencana alam seperti gempa bumi, angin topan dan banjir.
b. Perubahan sosial yang terjadi karena kebudayaan dari masyarakat lain melancarkan pengaruhnya.
c. Peperangan dengan negara lain juga dapat menyebabkan terjadinya perubahan.
Dampak negatif yang terlihat jelas pada indonesia diantaranya goncangan budaya atau sering disebut dengan culture shock, ini terjadi karena adanya anggota masyarakat yang tidak siap menerima perubahan-perubahan akibat budaya asing yang masuk, misalnya adanya penggusuran karena ada pembangunan gedung atau bangunan, sukarnya mencari lahan tempat tinggal maka hal ini membuat mereka frustasi dalam menghadapi biaya hidup yang semakin besar akhirnya mereka pun melakukan perilaku menyimpang. Selain itu akan terjadinya pergeseran nilai budaya indonesia yag menimbulkan kebimbangan, karena masuknya usur-unsur budaya asing yang sangat cepat dan pesat mengakibatkan perubahan sosial yang berkesinambungan, akibatnya masyarakat yang mengalami kebimbangan, dimana mereka tidak mempunyai pegangan menyebabkan anggota masyarakat tidak mampu mengukur tindakannya. Kebimbangan yang dialami masyarakat dapat mendorong perbuatan menyimpang seperti pergaulan bebas, munculnya sifat konsumerisme. Selain dampak negatif terdapat juga dampak positif diantaranya tumbuhnya indonesia menjadi negara berkembang dan maju serta pembangunan yang semakin pesat terjadi di kota-kota besar, perekonomian indonesia semakin maju dan berkembang.
Adanya globalisasi dan komunikasi yang semakin terbuka, hubungan antar bangsa semakin mudah selain berdampak positif juga berdampak negatif. Dimana nilai-nilai sosial budaya asing yang tidak sesuai dengan kepribadian kita ikut masuk dalam kebudayaan bangsa, akibatnya akan mempengaruhi pola pikir, sikap hidup, dan perbuatan kita. Sejalan dengan itu, nilai-nilai sosial budaya yang belum sesuai dengan nilai budaya bangsa indonesia juga dapat ikut diserap.
Nilai-nilai tersebut dapat berupa sifat, pandangan, paham, dan juga hidup yaitu, diantaranya:
A. EGOIS yaitu hanya mementingkan diri sendiri.
B. MATERIALISME yaitu pandangan yang mengutamakan materi.
C. SEKULARISME yaitu paham yang mengajarkan bahwa moralitas tidak perlu diajarkan pada ajaran agama.
D. EKSTRIMISME yaitu pikiran atau pandangan yang melampaui batas kebiasaan atau norma-norma.
E CHAUVIMISME yaitu paham yang mengagungkan bangsa sendiri dan merendahkan bangsa orang lain.
F. ELITISME dan eksklusifisme yaitu pikiran atau pandangan dari seseorang yang merasa dirinya merupakan orang atau sekelompok orang yang terpandang atau sederajat tinggi hingga orang lain dianggap rendah.
G. DISKRIMINATIF yaitu sifat yang suka membeda-bedakan orang dengan orang lain.
H. KONSUMTIF sifat seseorang yang suka membelanjakan uangnya untuk barang-barang yang tidak menghasilkan manfaat.
I. GLAMORISTIK yaitu suatu sikap atau gaya hidup yang bermewah-mewahan.
Dibawah ini merupakan beberapa hal yang harus dilakukan untuk antisipasi dampak budaya asing.
1) Menyeleksi dan menyaring nilai-nilai budaya asing
Nilai-nilai budaya asing yang sesuai dengan bangsa kita dapat diserap sehingga akan memperkaya nilai budaya bangsa kita, sedangkan yang kita tinggalkan untuk itu, hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kesetiaan kita kepada ideologi nasional (Pancasila).
b. Mengembangkan sikap kekeluargaan dan gotong royong.
c. Mengenali dan mengembangkan nilai seni budaya.
2) Memelihara dan mengembangkan kebudayaan nasional
Memelihara dan mengembangkan budaya nasional sebagai jati diri bangsa dengan cara mengirimkan misi kebudayaan dan kesenian dari suatu daerah keluar negeri. Selain itu, dapat dilakukan dengan menayangkan dan menyiarkan kebudayaan dan kebudayaan nasional melalui berbagai media, mengadakan seminar membahas kebudayaan daerah sebagai budaya nasional, serta pelestarian dan pewarisan dan pewarisan daerah yang dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.

3) Beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa
Dalam rangka membangun masyarakat yang adil dan makmur yang tetap berkepribadian indonesia, kita harus tetap beriman dn bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Dalam menjalani tuntutan era globalisasi, kita tetap mampu berdiri kokoh sebagai bangsa dengan ideologi dan pandangan hidup nasional yang tangguh serta kebudayaan nasional yang yang luhur.

4.2 Saran
Setelah diamati dampak dari masuknya unsur-unsur budaya asing ke indonesia penulis memberikan saran kepada para pembaca karya tulis ini umumnya dan para generasi penerus bangsa indonesia khususnya, agar mengantisipasi terhadap budaya asing yang yang masuk ke indonesia karena budaya tersebut tidak sesuai dengan kebudayaan kita dan akan berdampak sangat buruk terhadap eksistensi budaya ini, karena budaya asing, banyak penyimpangan dilakukan oleh segelintir masyarakat indonesia khususnya kaum pemuda yang mengadopsi cara hidup mereka dari berbagai budaya asing yang masuk ke indonesia, seperti pergaulan bebas, live style, sex bebas, dan lainnya. Dan saran ini ditujukan kepada pemerintah agar lebih teliti lagi menyaring budaya asing yang masuk karena akan mempengaruhi generasi yang akan datang

TAMBAHAN SUMBER :
Daftar Pustaka
Sri Wahyuni, Niniek. Dkk. 2007. Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact.
DR. Mubarak, Achmad, MA. 2004. Nasionalis Religius Jati Diri Bangsa Indonesia. Jatiwaringin: http://khaeylbgt.multiply.com/

JUAL PANGKON BREKET STAMPER KUDA MIKASA MTR 80 085710575024

 Pangkon stamper kuda atau dudukan mesin stamper khusus mikasa mtr 80, yang mau modidikasi ganti mesin pake tipe honda gx 160 ataupun sejeni...