Monday, September 17, 2012

TIPS MERAWAT BODY MOTOR



Merawat Body Motor agar tetap kinclong sebenarnya hal yang paling mudah dilakukan asalkan si pemilik motor tersebut rela meluangkan waktunya untuk si motornya kesayangannya. Kalo buat saya pribadi motor itu seperti pacar gan, cuz dia yang slalu setia nemenin kemanapun saya suka,siapa sih ya yang betah naik motor kotor kumel, hemm kalo buat saya si malu alias gak PD gan. Tapi klo motornya bersih kinclong bah,, yakin beda dah suasananya yang pasti tambah ganteng aja penunggangnya, dan biar kata pake motor tahun 70 an Kalo Motornya bersih akan terlihat indah bukankah begitu,,,
dan sering kali saya mendapat pujian dari kawan - kawan Rider. celotehnya si begini" Gan harerang bae gening motorna euy"( gan makin kinclong aja nih motornya ) serentak gigi ini terbuka lebar saat itu jua.
ini dia gan pacar saya yang sudah di poles




yups langsung aja ini dia Tipsnya :

saya ingatkan Sebelumnya Agan2 harus memiliki beberapa perlengkapan kebersihan yang mendukung seperti :


1. Kain Lap yang halus : Kain inilah yang akan gunakan dan jangan gunakan kain yang kasar karena dapat membuat body motor baret

kain ini pula dapat di gunakan pada saat mencuci maupun pada saat pemolesan

2. kain serat ( kanebo ) : Kain yang satu ini para Rider saya yakin pada punya dan tahu juga fungsinya

3. Kuas ukuran sedang / sikat Gigi bekas : Untuk menjangkau kotoran yang perlu di bersihkan dapat juga di gunakan pada saat semir ban

4. KIT WASH AND GLOW CAR SHAMPOO: Cairan ini di gunakan pada saat agan sedang mencuci motor gan : dan pada saat mencuci lakukan dengan gerakan memutar agar Body Motor tidak baret gan

5. TURFLE WAX METALLIC ( METALLIC CAR WAX ) : Nah ini adalah vitamin cat untuk membuat kinclong body motor anda pastikan keringkan terlebih dahulu setelah motor agan dicuci. Lakukan dengan gerakan memutar pula pada saat akan memolesnya.

6. KIT BLACK MAGIC TIRE GEL : Yang ini dipoleskan di bagian ban motor agan biar tetap terlihat ok

7. KIT CHAIN LUBE : yang berfungsi sebagain pelumas rantai agar tetap bersih dan gak pake berisik

8. BBM ( solar ) : yang satu ini berguna untuk menghilangkan Pek ( noda aspal gitu gan ) terutama kalo motornya abis ujan - ujanan pada nempel tuh Pek.


pastikan anda memilki perlengkapan di atas guna mendukung hasil yang di harapkan dan semua dapat anda dapatkan di bengkel motor / mobil terdekat dengan biaya sangat terjangkau.


Berdasarkan pengalaman pribadi ada dua tahapan dalam melakukan aksi agar motor anda terlihat tampil beda nan kinclong
dan cara yang dilakukan ini cukup mudah dan hasilnya pun sangat memuaskan. Bahkan cara ini pun masih tetap saya lakukan hingga saat ini.

Ada dua tahapan yang harus di perhatikan yaitu sebagai berikut :

Tahapan pertama melakukan pencucian

* Cucilah motor anda hingga benar - benar bersih dan tanpa ada sedikitpun noda yang menempel.
jangan lupa gunakan sabun dan kain khusus seperti yang sudah tersirat di atas dan pada saat mencuci lakukanlah gerakan
memutar agar body motor tidak meninggalkan bekas ( baret ) seringkali saya melihat temen2 rider pada saat pencucian motornya itu dengan gerakan memanjang bolak balik karena hal ini dapat mengakibatkan adanya kemungkinan body tersebut baret. Setelah selesai di cuci lalu lap lah hingga benar - benar kering so selanjut nya masik tahapan berikutnya ..

Tahapan kedua melakukan pemolesan

* Pemolesan dilakukan dengan mengolesi permukaan cat terlebih dahulu secukupnya dengan menggunakan TURFLE WAX METALLIC ( METALLIC CAR WAX )
lalu diamkan hingga kurang lebih setengah menit agar cairannya meresap. setelah itu kemudian laplah kembali permukaan cat tersebut dengan gerakan memutar hingga bersih
dan gunakanlah kain lap yang halus agar mendapatkan hasil yang optimal. pastikan anda memoles bagian demi bagian permukaan cat pada body motor hingga
tuntas, jangan lupa semir ban nya juga dengan KIT BLACK MAGIC TIRE GEL serta rantainya dengan KIT CHAIN LUBE dan lihat hasilnya pasti anda akan menyukainya.

Sekian semoga bermanfaat dan salam jabat erat!

Admin.



Thursday, September 13, 2012

Puisi rindu mantan kekasih

Dikala diri menyepi ditemani malam
Terkadang sesekali ku menatap bayanganmu
Yang masih tersimpan indah dalam ingatanku
Ku tersenyum sendiri bagai diambang ganguan jiwa
Deras sudah rasa rindu tak mampu ku bendungi
Namun semua ini hanya angan - angan bias dalam mimpi
Karena jiwamu sudah tak lagi menyatu dengan jiwaku
Menjerit hati ini yang tak mampu menghapus namamu
Wahai mantan kekasihku dengarkanlah suara hati ini
Yang selalu menggemakan namamu.

Penulis; Dahlan


Admin,

Thursday, June 14, 2012

TUGAS 4 ( KARANGAN KEPRIBADIAN SESEORANG )

KEPRIBADIAN
1.Pengertian Kepribadian Secara Umum

Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, disamping ada faktor temperamen, karakter,dan bakat fitalitas jasmaniseseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh olehfactor-faktor hereditas sehingga keaadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmanias.

2.Pengertian Kepribadian Menurut Beberapa Alih Sosiologia) Menurut Horton (1982)Kepribadian adalah keseluruhan sikap, perasaan, ekspresi dantemparmen seseorang. Sikap perasaan ekspresi dan tempramen itu akanterwujud dalam tindakan seseorang jika di hadapan pada situasi tertentu.Setiap orang mempunyai kecenderungan prilaku yang baku, atau pola dankonsisten, sehingga menjadi ciri khas pribadinya. b) Menurut Schever Dan Lamm (1998)Ia mendevinisikan kepribadian sebagai keseluruhan pola sikap,kebutuhan, ciri-ciri kas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yangsudah menjadi standar atu baku, sehingga kalau di katakan pola sikap,maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalammenghadapai situasi yang di hadapi.

3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadiana) Warisan BiologisWarisan biologis adalah semua hal yang di terima seseorangsebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan darikedua orang tua .Contohnya : ayah Darwin adalah seseorang yang tidak suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tampa di sadari di miliki juga oleh anaknya Samuel. Contoh lainya adalah ayah otis adalah seorangyang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis otispun akan bertumbuh ke hal yang sama. b) Lingkungan Fisik Pengaruh lingkungan atau fisik terhadap kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan factor- factor lainya. Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.

4.Perbedaan Pengertian Orang Pada Zaman Duhulu Dan Orang Pada ZamanSekaranga) Dulu orang percaya bahwa beberapa unsur kepribadian seperti ambisi,kejujuran, kriminalitas, penimpanan seksual dan sebagainya, merupakanwarisan dari orangtua. b) Namun pada zaman sekarang orang lebih percaya beberapa pakar bahkan sifat kepribadian di tentukan oleh pengalaman seperti kemampuan, perestasi, dan prilaku sepenuhnya di tentukak lingkungannya.

Kepribadian positif :
Dalam membentuk kepribadian saat masih kecil, peran orang terdekat terutama orang tua sangat berpengaruh. Peranan orang tua sangat berpengaruh pada perkembangan kepribadian seorang anak terlebih saat masih kecil. Masa anak-anak merupakan fase penting perkembangan kepribadian, kepribadian yang dibentuk pada masa inilah yang paling mungkin menetap. Menurut Elizabeth Crary, seorang orang tua dapat berperan sebagaicom foter/pelindung (saat anaknya berusia dibawah 4 tahun),
teacher/guru (saat anaknya berusia 5 - 9 tahun), coach/pelatih (saat anaknya berusia 9 - 12 tahun), dan
supporter/pendukung (saat anaknya berusia 13 - 15 tahun). Sebaiknya orang tua dapat memenuhi semua
perannya ini dengan baik. Orang tua harus menerapkan pola asuh yang baik dan menanamkan kepribadian yang positif pada anaknya sedini mungkin. Pada saat seorang anak masih batita, kepribadiannya dapat dibentuk dengan mengajaknya berkomunikasi (tentu dengan bahasa sederhana yang anak mengerti), mengajaknya aktif bermain dan belajar, mengajarinya berbuat hal-hal sederhana yang baik (misal berdoa, beribadah). Orang tua harus membentuk hubungan yang erat, positif, dan menyenangkan bagi anaknya.
Kepribadian negative :
Adakalanya pemahaman kita terganggu, sehingga menyulitkan kita. Kita juga merasakan disonansi kognitif bila sikap dan tingkah laku kita tidak serasi. Disonansi kognitif terjadi bila kehidupan psikologis kita tidak harmonis.
seorang perokok berat, ketika bermunculan himbauan-himbauan tentang bahaya merokok bagi kesehatan, ia selalu mengatakan akan berhenti merokok. Tetapi kenyataannya tidak, dan ia tidak lagi berbicara tentang rencana menghentikan kebiasaan tersebut. Tampaknya ia tetap menikmati kebiasaan merokoknya. Suatu saat bila ia didesak tentang hal itu, iapun mengatakan bahwa ia sesungguhnya tahu dan harus berhenti merokok, tapi hidupnya kini sangat tertekan, sehingga ia tidakdapat berhenti merokok sekarang ini.
Dua cara lain untuk menghadapi disonansi adalah dengan reaksi “anggur yang masam” dan “Jeruk yang manis”. Kita mencoba meyakinkan diri bahwa sebenarnya kita tidak menginginkan apa yang tidak dapat kita peroleh, atau bahwa kita menyenangi sesuatu yang tidak kita kehendaki tetapi kita tidak dapat melepaskannya. Kita juga dapat mengatasinya dengan mengusahakan persesuaian pendapat tentang keyakinan tertentu yang penting untuk memperkuat keyakinan kita yang kurang kokoh.

Cara perbaikannya :
Melakukan hal yang positif yang berguna dan dapat di jadikan sebagai acuan hidup yang baik serta penuh makna akan kesadaran perubahan gaya hidup yang sehat tanpa mengulangi perbuatan yang dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri. Seperti menanamkan pola hidup sehat dan bebas asap rokok.
Tambahan sumber : http://www.scribd.com/doc/24851035/Makalah-Kebudayaan-Dan-Kepribadian







Sunday, May 6, 2012

TUGAS 3 ( MANUSIA DAN HARAPAN )




I. PENGERTIAN HARAPAN
Harapan berasal dari kata harap yaitu keinginan supaya sesuatu terjadi atau sesuatu terjadi atau suatu yang belum terwujud. Harapan dapat diartikan sebagai menginginkan sesuatu yang dipercayai dan dianggap benar dan jujur oleh setiap manusia dan agar harapan dapat tercapai diperlukan kepercayaan kepada diri sendiri, kepercayaan kepada orang lain dan tentunya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh:
Darto seorang mahasiswa Universitas Gunadarma fakultas ilmu komputer, ia belajar dengan rajin dengan harapan agar sewaktu ujian semester ia memperoleh nilai A. dan ketika harapan itu tidak terwujud maka sebaiknya dia tidak berputus asa dan semangat dalam belajarnya kembali serta berdoa guna meraih kesempatan untuk mendapatkan nilai A.
Menurut kodratnya dalam diri manusia terdapat dua dorongan, yaitu dorongan kodrat serta dorongan kebutuhan hidup. Menurut Abraham Maslow kebutuhan hidup manusia dibagi menjadi 5, yaitu;
1. Harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
2. Harapan untuk memperoleh keamanan
3. Hak untuk mencintai dan dicintai
4. Harapan diterima lingkungan
5. Harapan memperoleh perwujudan cita-cita
Dalam mencukupi kebutuhan kodrat maupun kebutuhan, manusia membutuhkan orang lain.
II. HARAPAN SEBAGAI FENOMENA NASIONAL
Artinya harapan adalah sesuatu yang wajar berkembang dalam diri manusia dimanapun berada. Mengutip pandangan dan teori A.F.C. Wallace dalam bukunya culture and personality, menegaskan bahwa kebutuhan merupakan salah satu isi pokok dari unsur kepribadian yang merupakan sasaran dari kehendak, harapan, keinginan, serta emosi seseorang. Kebutuhan individu dapat dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
a)Kebutuhan Organik Individu :
1. Kebutuhan individu bernilai positif.
2. Kebutuhan individu bernilai negatif.
b) Kebutuhan psikologi individu :
1. Kebutuhan psikologi indifidu bersifat positif.
III. KEPERCAYAAN
Kepercayaan berasal dari kata percaya,artinya mengakui atau meyakini akan sesuatu hal yang benar. Kepercayaan adalah suatu hal yang berhubungan dengan pengakuan atau keyakinan akan kebenaran.
Menurut pandangan bidang logika kebenaran memiliki pengertian yang tidak jauh berbeda yaitu menyesuaikan kesamaan pemahaman antara keputusan dengan objek yang diketahui benar-benar terbukti (kebenaran logis). Kebenaran logis disebut juga kebenaran objektif dan kebenaran etis juga disebut kebenaran subjektif. Jika tidak ada kesamaan pemahaman antara keputusan dan objeknya yang diketahui, maka terdapat dua kemungkinan, yaitu:
1. Orang yang mengutarakan putusan keliru.
2. Orang yang mengutarakan putusan sengaja mengutarakan tidak sesuai dengan realita yang diketahuinya.
Dasar kepercayaan ialah kebenaran dan sumber kebenaran adalah manusia, oleh karena itu keepercayaan terdiri atas:
1. Kepercayaan pada diri sendiri, yaitu kepercayaan yang harus ditanamkan pada setiap pribadi manusia. hakekatnya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Kepercayaan pada orang lain, yaitu percaya pada kata hatinya yang berbentuk pada perbuatan kebenaran kepada orang lain. Misalnya pada saudara, teman, orang tua atau siapa saja.
3. Kepercayaan pada pemerintah, Menurut buku etika, Filsafat Tingkah karya Prof. I.R. poedjawiyatnya. Negara itu berasal dari Tuhan. Setidaknya kedaulatan tertinggi ada pada Tuhan. Namaun pada pandsangan demokratis mengatakan bahawa kedaulatan adalah milik rakyat. Dan penjelmaan rakyat adalah negar melelui pemerintahan khusus.
4. Kepercayaan kepada Tuhan, yaitu meyakini bahwa manusia diciptakan oleh tuhan dan manusia harus bertakwa pada tuhannya. Salah satu cara bertakwa adalah mengukuhkan imannya bahwa tuhan merupakan zat yang merupakan kebenaran mutlak
IV. MANUSIA DAN HARAPAN
Harapan itu bersifat manusiawi dan berhak dimiliki semua orang. Manusia tidak bisa terlepas dari harapan. Harapan adalah bagian hidup dari manusia. Manusia yang tidak memiliki harapan sama saja seperti orang yang mati. Harapan adalah awal menuju tujuan hidup manusia yang bermacam-macam.
Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup berikutnya ditempat tersebut juga akan mendapatkan kebahagiaan. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa “hari esok lebih baik dari pada hari ini dan menjadikan masa lalu sebagai cermin untuk meraih masa depan yang lebih baik”, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.
V. HARAPAN TERAKHIR
Menurut Aristoteles, kehidupan ini berasal dari generatio spontanea, artinya kehidupan itu terjadi dengan sendirinya. Aristoteles pada zamannya belum sampai pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang ada di bumi dan jagad raya ini berasal dari Tuhan Yang Maha Kuasa.
Manusia memiliki kebutuhan jasmani, diperoleh dengan mencukupi kebutuhan hidup yang bersifat kebendaan, sedangkan kebutuhan rohaninya dicukupi dengan hal-hal yang sifatnya rohani, khususnya keagamaan. Ada manusia yang dalam pandangan hidupnya hanya ingin memuaskan kehidupan duniawi sehingga manusia tersebut hanyalah memuaskan diri pada semua kenikmatan jasmaninya. Ada pula manusia yang pandangan hidupnya justru sebaliknya. Agama Islam mengajarkan manusia tidak hanya mengejar kebutuhan yang bersifat duniawi saja, tetapi juga bersifat ukhrowi (kehidupan akhirat).
Semakin tinggi kesadaran kehidupan beragama seseorang, maka semakin yakinlah mereka, bahwa semua manusia akhirnya akan meninggal dan kembali kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Dunia yang serba gemerlap akan ditinggalkan dan akan hidup di dalam akhirat yang abadi.
Bagi orang atheis dengan pandangan matrealistis, mereka tidak percaya akan adanya Tuhan. Bagi mereka mati bukan karena rohnya kembali kepada Tuhan, tetapi karena jantungnya berhenti berdenyut. Sebaliknya, bagi yang percaya pada Tuhan, meyakini bahwa seseorang yang meniggal akan kembali kepada asalnya, yaitu Tuhan.
Dengan pengetahuan dan pengertian agama tentang kehidupan abadi setelah orang meninggal, manusia menjalankan ibadahnya. Ia menjalankan perintah Tuhan melalui agama, dan menjauhi larangan-Nya. Manusia menjalankan hal itu karena sadar sebagai makhluk kecil yang tidak akan berdaya terhadap kekuasaan Tuhan. Kehidupan dunia yang sifatnya sementara dikalahkan demi kehidupan abadi di akhirat karena tahu bagaimana beratnya siksaan di neraka dan bagaimana bahagianya di surga. Kebaikan di surga yang abadi inilah yang merupakan harapan terkhir manusia
Tambahan sumber :
http://harun37.wordpress.com

TUGAS 3 ( MANUSIA DAN KEADILAN )

Manusia Dan Keadilan

Dalam bab 7 dijelaskan bahwa yang di maksud dengan keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Dan kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ekstrem iu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan ukuran yang telah di tetapkan , maka masing – masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. Sedangkan pelanggaran terhadap proporsi ter4sebut berarti ketidak adilan.
Jadi dalam kehidupan manusia, pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan – permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi yang buruk.
Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat membuahkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi. Karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Nah… cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan.
Keadilan adalah pengakuan atas perbuatan yang seimbang, pengakuan secara kata dan sikap antara hak dan kewajiban. Setiap dari kita “manusia” memiliki itu “hak dan kewajiban”, dimana hak yang dituntut haruslah seimbang dengan kewajiban yang telah dilakukan sehingga terjalin harmonisasi dalam perwujudan keadilan itu sendiri.
Keadilan pada dasarnya merupakan sebuah kebutuhan mutlak bagi setiap manusia dibumi ini dan tidak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan. Menurut Aristoteles, keadilan akan dapat terwujud jika hal – hal yang sama diperlakukan secara sama dan sebaliknya, hal – hal yang tidak semestinya diperlakukan tidak semestinya pula. Dimana keadilan memiliki cirri antara lain ; tidak memihak, seimbang dan melihat segalanya sesuai dengan proporsinya baik secara hak dan kewajiban dan sebanding dengan moralitas. Arti moralitas disini adalah sama antara perbuatan yang dilakukan dan ganjaran yang diterimanya. Dengan kata lain keadilan itu sendiri dapat bersifat hokum.
Keadilan itu sendiri memiliki sifat yang bersebrangan dengan dusta atau kecurangan. Dimana kecurangan sangat identik dengan perbuatan yang tidak baik dan tidak jujur. Atau dengan kata lain apa yang dikatakan tidak sama dengan apa yang dilakukan.
Kecurangan pada dasarnya merupakan penyakit hati yang dapat menjadikan orang tersebut menjadi serakah, tamak, rakus, iri hati, matrealistis serta sulit untuk membedakan antara hitam dan putih lagi dan mengkesampingkan nurani dan sisi moralitas.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain :
1. Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
2. Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
3. Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikapadil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun, dan lain sebagainya.
Keadilan dan kecurangan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan.
Keadilan
Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah diantara ke dua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem itu menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesarnaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama. kalau tidak sama, maka masing-masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelanggaran terhadap proporsi tersebut berarti ketidak adilan.
Keadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia schingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri, dan perasaannya dikendalikan olch akal. Lain lagi pendapat Socrates yang memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan tercipta bilamana warga negara sudah merasakan bahwa pihak pemerintah sudah melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa diproycksikan pada pemerintah, schab pemerintah adalah pimpinan pokok yang mencntukan dinamika masyarakat.
Menurut pendapat yang lebih umum dikatakan bahwa keadilan itu adalah pengakuan dan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntut hak dan menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi haknya dan setiap orang memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama.


Keadilan Sosial
Berbicara tentang keadilan, Anda tentu ingat akan dasar negara kita ialah Pancasila. Sila kelima Pancasila, berbunyi : “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Dalam dokumen lahimya Pancasila diusulkan oleh Bung Kamo adanya prinsip kesejahteraan sebagai salah satu dasar negara. Selanjutnya prinsip itu dijelaskan sebagai prinsip “tidak ada kerniskinan di dalam Indonesia merdeka”. Dan usul dan penjelasan itu nampak adanya pembauran pengertian kesejahteraan dan keadilan.
Selanjutnya untuk mewujudkan keadilan sosial itu, diperinci perbuatan dan sikap yang perlu dipupuk, yakni:
1. Perbuatan luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2. Sikap adil terhadap sesarna, menjaaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghonnati hak-hak orang lain.
3. Sikap suka memberi pertolongan kepada orang yang memerlukan
4. Sikap suka bekerja keras
5. Sikap menghargai hasil karya orang lain yang bemianfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama.
Keadilan dan ketidak adilan tidak dapat dipisahkan dalarn kehidupan manusia karena dalam ludupnya manusia menghadapi keadilan / ketidakadilan setiap hari. Oleh sebab itu keadilan dan ketidakadilan, menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni lahir dari imajinasi ketidakadilan, seperti drama, puisi, novel, musik dan lain-lain.
Berbagai Macam Keadilan
1. Keadilan legal atau keadilan moral

Yang di ungkapkan oleh Plato bahwa keadilan dan hokum merupakan subtansi rohani umum dari masyarakat y6ang membvuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat pada dasarnya paling cocok baginya ( The man behin the gun ). Pendapat vPlato itu disebut keadilan moral sedangkan sutono menyebutnya keadilan legal.
2. Keadilan distributive
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan teralaksana apabila hal-hal yang sama di perlakukan secara sama dengan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama ( justice is done when equals are treated equally ) sebagai contoh Ali bekerja 10 tahun dan Budi 5 tahun. Pada waktu diberikan hasiah harus antara Ali dan Budi yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp.100.000,- maka Budi harus menerima 50.000. akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama, justru hal tersebut tidak adil,

3. Keadilan komutatif

Sedangkan keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asa pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang bertolak ujung ekstrim menjadikan ke tidak adilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
Tambahan Sumber:
http://abyhape.blogspot.com/2011/03/manusia-dan-keadilan.html

Friday, April 27, 2012

TUGAS KULIAH PEMBAHASAN MENGENAI ( DEPRESI )






Pengertian Depresi

Seseorang dikatakan depresi apabila aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lamban dan diikuti oleh perubahan suasana hati. Sesorang yang mengalami depresi memiliki pemikiran yang negatif terhadap dirinya sendiri, terhadap masa depan, dan ingatan mereka menjadi lemah, serta kesulitan dalam mengambil keputusan.

Menurut Suryantha Chandra (2002 : 8), depresi adalah suatu bentuk gangguan suasana hati yang mempengaruhi kepribadian seseorang. Depresi juga merupakan perasaan sinonim dengan perasaan sedih, murung, kesal, tidak bahagia dan menderita. Individu umumnya menggunakan istilah depresi untuk merujuk pada keadaan atau suasana yang melibatkan kesedihan, rasa kesal, tidak mempunyai harga diri, dan tidak bertenaga. Individu yang menderita depresi aktifitas fisiknya menurun, berpikir sangat lambat, kepercayaan diri menurun, semangat dan minat hilang, kelelahan yang sangat, insomnia, atau gangguan fisik seperti sakit kepala, gangguan pencernaan, rasa sesak didada, hingga keinginan untuk bunuh diri (John & James, 1990 : 2).

Salah satu gejala depresi adalah pikiran dan gerakan motorik yang serba lamban (retardasi psikomotor), fungsi kognitif (aktifitas mental emosional untuk belajar, mengingat, merencanakan, mencipta, dan sebagainya) terganggu. Jadi depresi mencakup dua hal kesadaran yaitu menurunnya aktifitas dan perubahan suasana hati. Perubahan perilaku orang yang depresi berbeda - beda dari yang ringan sampai pada kesulitan - kesulitan yang mendalam disertai dengan tangisan, ekspresi kesedihan, tubuh lunglai dan gaya gerak lambat (A. Supratiknya, 1995 : 67).

Menurut Maramis (1998 : 107), depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, rasa tidak berguna, gagal, kehilangan, putus asa, dan penyesalan yang patologis. Depresi juga disertai dengan komponen somatik seperti anorexia, konstipasi, tekanan darah dan nadi menurun. Dengan kondisi yang demikian, depresi dapat menyebabkan individu tidak mampu lagi berfungsi secara wajar dalam hidupnya.

Depresi pada lanjut usia kemungkinan akan sangat berkaitan dengan proses penuaan yang terjadi pada diri lanjut usia, pada fase tersebut sering terjadi perubahan fisik dan mental yang mengarah ke penurunan fungsi. Proses menjadi tua menghadapkan lanjut usia pada salah satu tugas yang paling sulit dalam perkembangan hidup manusia. Hurlock (1992 : 387 ) mengemukakan beberapa masalah yang umumnya unik pada lanjut usia, yaitu :
a. Keadaan fisik lemah dan tidak berdaya, sehingga bergantung pada orang lain.
b. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
c. Menentukan kondisi fisik yang sesuai dengan perubahan status ekonominya.
d. Mencari teman untuk mengganti pasangan yang meninggal atau cacat.
e. Mengembangkan kegiatan untuk mengisi waktu luang yang semakin bertambah.
f. Belajar untuk memperlakukan anak – anak yang sudah besar sebagai orang dewasa.
g. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa.
h. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan memiliki kemampuan untuk menggantikan kegiatan lama yang berat dengan yang lebih cocok.
i. menjadi korban atau dimanfaatkan oleh para penjual obat “buaya darat”, dan kriminalitas karena tidak sanggup lagi mempertahankan diri.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa depresi pada lanjut usia adalah suatu keadaan dimana individu mengalami gangguan psikologis yang berpengaruh terhadap suasana hati, cara berpikir, fungsi tubuh dan perilakunya, seperti rasa sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, insomnia, putus asa dan merasa tidak berharga. Jadi keadaan depresi dapat diketahui dari gejala dan tanda yang penting yang mengganggu kewajaran sikap dan tindakan individu atau menyebabkan kesedihan yang mendalam.

2. Aspek Depresi
Beck (dalam Nanik Afida dkk, 2000 :181) menjelaskan depresi memiliki beberapa aspek emosional, kognitif, motivasional, dan fisik.

a. Aspek yang dimanifestasikan secara emosional, yaitu :
1). Perasaan kesal atau patah hati (dejected mood) ; perasaan ini menggambarkan keadaan sedih, bosan dan kesepian yang dialami individu. Keadaan ini bervariasi dari kesedihan sesaat hingga kesedihan yang terus - menerus.
2). Perasaan negatif terhadap diri sendiri ; perasaan ini mungkin berhubungan dengan perasaan sedih yang dijelaskan di atas, hanya bedanya perasaan ini khusus ditujukan kepada diri sendiri.
3). Hilangnya rasa puas ; maksudnya ialah kehilangan kepuasan atas apa yang dilakukan. Perasaan ini dapat terjadi pada setiap kegiatan yang dilakukan termasuk hubungan psikososial, seperti aktivitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab.
4). Hilangnya keterlibatan emosional dalam melakukan pekerjaan atau hubungan dengan orang lain ; keadaan ini biasanya disertai dengan hilangnya kepuasan diatas. Hal ini dimanifestasikan dalam aktivitas tertentu, kurangnya perhatian atau rasa keterlibatan emosi terhadap orang lain.
5). Kecenderungan untuk menangis diluar kemauan ; gejala ini banyak dialami oleh penderita depresi, khususnya wanita. Bahkan mereka yang tidak pernah menangis selama bertahun-tahun dapat bercucuran air mata atau merasa ingin menangis tetapi tidak dapat menangis.
6). Hilangnya respon terhadap humor ; dalam hal ini penderita tidak kehilangan kemampuan untuk mempersepsi lelucon, namun kesulitannya terletak pada kemampuan penderita untuk merespon humor tersebut dengan cara yang wajar. Penderita tidak terhibur, tertawa atau puas apabila mendengar lelucon.

b. Aspek depresi yang dimanifestasikan secara kognitif, yaitu :
1). Rendahnya evaluasi diri ; hal ini tampak dari bagaimana penderita memandang dirinya. Biasanya mereka menganggap rendah ciri - ciri yang sebenarnya penting, seperti kemampuan prestasi, intelegensi, kesehatan, kekuatan, daya tarik, popularitas, dan sumber keuangannya.
2). Citra tubuh yang terdistorsi ; hal ini lebih sering terjadi pada wanita. Mereka merasa dirinya jelek dan tidak menarik.
3). Harapan yang negatif ; penderita mengharapkan hal - hal yang terburuk dan menolak uasaha terapi yang dilakukan.
4). Menyalahkan dan mengkritik diri sendiri ; hal ini muncul dalam bentuk anggapan penderita bahwa dirinya sebagai penyebab segala kesalahan dan cenderung mengkritik dirinya untuk segala kekurangannya.
5). Keragu-raguan dalam mengambil keputusan ; ini merupakan karakteristik depresi yang biasanya menjengkelkan orang lain ataupun diri penderita. Penderita sulit untuk mengambil keputusan, memilih alternatif yang ada, dan mengubah keputusan.

c. Aspek yang dimanifestasikan secara motivasional ; meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan. Ciri utamanya adalah sifat regresif motivasi penderita, penderita tampaknya menarik diri dari aktifitas yang menuntut adanya suatu tanggung jawab, inisiatif bertindak atau adanya energi yang kuat.

d. Aspek depresi yang muncul sebagai gangguan fisik meliputi kehilangan nafsu makan, gangguan tidur, kehilangan libido, dan kelelahan yang sangat.

Menurut Mendels (dalam Meyer, 1984 : 159) mengatakan bahwa individu mengalami depresi jika individu mengalami gajala-gejala rasa sedih, pesimis, membenci diri sendiri, kehilangan energi, kehilangan konsentrasi, dan kehilangan motivasi. Selain itu individu juga kehilangan nafsu makan, berat badan menurun, insomnia, kehilangan libido, dan selalu ingin menghindari orang lain.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek depresi adalah gejala depresi yang dapat dimanifestasikan secara emosional, kognitif, motivasional, fisik dan pencernaan, raut wajah sedih, retardasi, dan agitasi. Gejala yang dimanifestasikan secara emosional terdiri dari perasaan kesal atau patah hati, perasaan negatif terhadap dirinya, hilangnya rasa puas, hilangnya keterlibatan emosional,kecenderungan untuk menangis diluar kemauan, dan hilangnya respon terhadap humor. Sedangkan gejala yang dimanifestasikan secara kognitif meliputi sikap menyimpang penderita, baik terhadap diri, pengalaman, dan masa depannya. Gejala yang dimanifestasikan secara motivasional meliputi pengalaman yang disadari penderita, yaitu tentang usaha, dorongan, dan keinginan , sedangkan gejala yang muncul sebagai gangguan fisik apabila terjadi gangguan saraf otonom dan hipotalamus.

3. Proses Terjadinya Depresi
Dalam kehidupan individu, ada periode - periode kritis yang berpengaruh terhadap perkembangan individu selanjutnya. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari figur yang penting bagi individu pada periode kritis akan mempengaruhi kecenderungan depresi pada masa yang akan datang. Pada saat individu merespon kembali situasi serupa yaitu kurangnya kasih sayang dan perhatian, maka individu mempunyai kecenderungan depresi yang lebih tinggi dibandingkan pada orang yang tidak mengalami keadaan demikian.

Kehidupan manusia ditandai oleh interaksi individu dengan lingkungannya. Depresi dapat timbul karena beberapa faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar individu. Menurut Abraham (dalam Meyer, 1984 : 165), keadaan depresi didominasi oleh perasaan kehilangan, rasa bersalah dan ada perasaan ambivalen antara cinta dan benci. Ambivalensi dari depresi ada dua, yaitu :
a. Marah dan benci terhadap objek cinta yang hilang kerena persepsi tentang dirinya yang ditinggalkan atau ditolak.
b. Rasa bersalah karena keyakinannya bahwa dirinya telah gagal merespon secara tepat dan sesuai terhadap objek cinta yang hilang.

Arienti dam Bemporad (dalam Meyer, 1984 : 249), menyatakan bahwa depresi sering terjadi pada orang yang mengalami kehilangan anak - anak. Situasi yang menyenangkan akan hilang jika ada kehadiran anggota keluarga lain seperti adik sehingga perhatian ibu terbagi, karena kematian orang tua, ditinggalkan oleh orang terdekat dengan individu, dan bisa juga disebabkan oleh larangan yang mendadak terhadap perilaku anak yang sudah menetap. Individu akan menyerap gaya hidup yang ditujukan untuk meraih keberhasilan dalam menyenangkan orang yang demikian tersebut. Harapan - harapan tersebut seringkali melebihi kemampuan individu sehingga terjadi kegagalan, individu akan mencela dan menyalahkan diri sendiri.

Jadi depresi terjadi karena hilangnya objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan didefinisikan sebagai kehilangan objek cinta utama, yaitu sesorang, sesuatu atau aktifitas.

Depresi menurut teori kognitif disebabkan oleh adanya bentuk-bentuk pemikiran yang tidak logis. Individu yang depresi cenderung berpikir dengan cara yang menyimpang dan penyimpangan ini menimbulkan masalah baru dan memperburuk keadaan yang ada serta meningkatkan perputaran yang memyebabkan depresi. Hal ini dipertegas oleh Ellis (dalam Meyer, 1984 : 187) yang mengatakan bahwa cara individu memandang dan berpikir tentang dirinya sendiri akan menimbulkan gangguan tertentu seperti depresi.

Menurut Ferster ( dalam Meyer, 1984 : 167 ) depresi dapat timbul karena salah satu daridua proses dibawah ini, yaitu :
a. Perubahan lingkungan seperti anggota keluarga atau kehilangan pekerjaan dapat membatasi (reinforcement) yang diterima individu. Individu yang menyandarkan diri pada satu atau dua reinforcement akan cenderung mudah terserang depresi karena kurangnya reinforcement.
b. Ditinjau dari perilaku menghindar, depresi muncul pada saat usaha menghindar di lingkungan menjadi kuat. Dalam kasus ini depresi timbul karena individu ingin menghindari kecemasan. Jika individu menarik diri dari stimulus yang menyebabkan kecemasan, maka akan kehilangan dengan kontak reinforcement sosial, dan akan timbul depresi.

Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa depresi terjadi karena individu kehilangan objek eksternal yang bernilai tinggi bagi individu tersebut. Kehilangan yang dimaksud adalah kehilangan objek cinta utama, seperti kehilangan pasangan hidup, anak atau teman. Hal ini menyebabkan individu tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik, sehingga tidak menutup kemungkinan individu akan mudah mengalami gangguan depresi.

4. Faktor-faktor yang Menyebabkan Depresi
Menurut Birren (1980 : 629) ada beberapa faktor yang menimbulkan depresi, yaitu :
a. Faktor individu yang meliputi :
1). Faktor biologis seperti genetik, proses menua secara biologis, penyakit fisik tertentu.
2). Faktor psikologis seperti kepribadian, proses menua secara psikologis. Pada kepribadian introvert akan berusaha mewujudkan tuntutan dari dalam dirinya dan keyakinannya, sedangkan kepribadian ekstrovert membentuk keseimbangan dirinya dengan menyesuaikan keinginan - keinginan dari orang lain.

b. Faktor kejadian - kejadian hidup yang penting bagi individu
Kehilangan seseorang ataupun sesuatu dapat menimbulkan depresi. Penyakit fisik juga berhubungan dengan serangan afeksi karena penyakit merupakan ancaman terhadap daya tahan individu, terhadap kemampuan kerjanya, kemampuan meraih apa yang diinginkannya dan merupakan ancaman terhadap aktifitas motorik dan perasaan sejahtera individu.

c. Faktor lingkungan yang meliputi faktor sosial, faktor budaya, dan faktor lingkungan fisik.
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa faktor yang menyebabkan depresi, diantaranya adalah proses menua secara biologis, penyakit fisik, kepribadian, kehilangan orang yang dicintai, dan faktor lingkungan.

B. Kebutuhan Berafiliasi
1. Pengertian Kebutuhan Afiliasi
Setiap individu memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dalam rangka mempertahankan kehidupanya, baik anak-anak maupun dewasa. Kebutuhan merupakan kekurangan dalam diri individu yang sangat diperlukan dalam kehidupannya. Kekurangan itu memerlukan adanya pemenuhan untuk kelangsungan dan kesejahteraan dalam hidupnya. Apabila kekurangan itu tidak terpenuhi, maka individu tersebut akan mengalami frustasi.

Sebagian besar hasrat dan dorongan pada seseorang adalah saling berhubungan dengan orang lain, salah satu alasannya adalah karena individu memiliki kebutuhan akan afiliasi, kebutuhan afiliasi termasuk salah satu motif sosial yaitu motif yang diperoleh dari interaksi interpersonal dan tujuan yang ingin dicapai mempunyai interaksi dengan orang lain. Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi memiliki keinginan untuk memelihara suatu persahabatan, amat peka mengenai hubungannya dengan orang lain dan lebih senang menaruh perhatian pada hubungan sosialnya (James & Joan, 1990 : 225). Menurut Adler (A. Supratiknya, 1994: 241), manusia selain sebagai individu yang berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri juga merupakan makhluk sosial. Individu menghubungkan dirinya dengan orang lain, ikut dalam kerjasama sosial, menempatkan kesajahteraan sosial diatas kepentingan dirinya sendiri. Minat sosial yang ada pada dirinya terjelma dalam bentuk-bentuk kerjasama, hubungan antar pribadi dan hubungan sosial, identifikasi dengan kelompok, empati dan sebagainya.

Selain itu menurut Murray (dalam Hall & Lindzey, 1989 : 35) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk mendekatkan diri, bekerjasama atau membalas ajakan orang lain yang berkelompok, membuat senang dan mencari afeksi dari objek yang disukai, patuh dan tetap setia kepada seorang kawan. Dalam kebutuhan afiliasi ini terkandung kepercayaan dan kemauan, baik afeksi dalam bersahabat, sosial, menyenangkan penuh kasih sayang dan kepercayaan serta bersifat baik. Kebutuhan berafiliasi berhubungan dengan keinginan individu untuk berteman dan keinginan untuk mempertahankan yang telah terjalin agar dapat berjalan dengan baik.

Chaplin (1999 : 14) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan untuk bersama dengan orang lain, penbenyukan persahabatan, ikut serta dalam kelompok-kelompok tertentu, kerjasama kooperatif. Sedangkan menurut Barkowitz (dalam A.S Munandar, 1993 : 77) kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan yang mendasari aktifitas individu dalam bereaksi dengan orang lain.

Selain itu McClelland (dalam A.S Munandar, 1994 : 77) kebutuhan afiliasi merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. Sedangkan menurut Mc Adams dan Contantian (dalam Sarlito. W.S, 1994 : 77) kebutuhan afiliasi berhubungan dengan bagaimana keinginan sesorang untuk bersama dengan orang lain daripada seorang diri.

Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kebutuhan afiliasi adalah kebutuhan yang mendorong seseorang untuk berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dengan cara menjalin persahabatan, bekerjasama dan berada bersama - sama dengan orang lain.

2. Karakteristik Kebutuhan Berafiliasi
Kebutuhan afiliasi merupakan kebutuhan yang timbul dari dalam diri individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosilanya. Individu yang kebutuhan berafiliasinya tinggi terdorong untuk membentuk persahabatan. Individu yang mempunyai kebutuhan afiliasi yang tinggi juga memiliki karakteristik tertentu.

Karakteristik yang ditampilkan oleh individu yang memiliki afiliasi yang kuat dikemukakan oleh McClelland (1987 : 356) adalah sebagai berikut :
a. Akan tampil lebih baik jika ada insentif afiliasi
Individu butuh akan penghargaan maupun identitas diri, kebutuhan ini akan dapat terpenuhi apabila individu bersama dengan orang lain, yaitu dengan cara mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya dan aktif mengikuti kegiatan selain menghasilkan prestasi juga mengandung insentif afiliasi berupa penghargaan dan identitas diri dari orang lain.

b. Mempertahankan hubungan antar induvidu
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan belajar hubungan sosial dengan cepat. Lebih peka dan banyak berkomunikasi dengan orang lain, juga berharap untuk mempertahankan hubungan dengan orang lain. Mempertahankan hubungan antar individu akan tampak bila individu berusaha untuk terlibat dengan orang - orang disekitarnya, diantaranya dengan menjalin keakraban dengan orang lain dan menjaga persahabatan yang telah terbina.

c. Kerjasama dan menghindari persaingan
Individu yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi cenderung setuju dengan pendapat orang lain yang tidak dikenal, yang tidak sependapat dengannya selama orang tersebut dianggap menarik. Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi senang bekerjasama dengan teman - teman dan bersikap mengalah dari orang lain untuk menghindari situasi yang bersifat kompetitif.

d. Rasa takut akan penolakan
Individu dengan kebutuhan afiliasi yang tinggi akan menunjukkan terhadap situasi penolakan, merasa sendiri bila ditinggalkan secara fisik dan menekankan rasa saling mengasihi. Individu berusaha bertindak dalam berbagai cara untuk menghindari konflik dan persaingan karena mereka merasa takut mendapat umpan balik negatif dari orang lain. Agar tidak mendapat umpan balik dari orang lain dengan cara berbuat baik dengan sesama teman dan mengikuti aturan yang ada.

e. Tingkah laku kepemimpinan dalam kelompok
Karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi, dalam tugas senang berada bersama anggota kelompoknya dan lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengurangi perbedaan antar anggota agar dapat selalu bersama - sama. Selain itu karakteristik pemimpin yang memiliki kebutuhan afiliasi yang tinggi mampu mengarahkan aktifitas sebuah kelompok yang terorganisasi menuju pencapaian suatu tujuan. Individu yang memiliki tipe tingkah laku kepemimpinan dapat membangkitkan semangat anggotanya, memberi pengarahan dan memberi petunjuk kepada anggota kelompoknya, ikut dalam kegiatan kelompoknya. Tingkah laku kepemimpinan lebih mengutamakan anggota daripada tugas yang harus diselesaikan oleh kelompoknya dan bersikap adil kepada anggota kelompoknya tanpa membedakan satu sama lain.

Menurut A.S Munandar (1994 : 77) seseorang yang memiliki dorongan persahabatan yang tinggi akan memperlihatkan ciri - ciri tingkah laku sebagai berikut:
a. Lebih suka bersama dengan orang lain.
b. Sering berhubungan dengan orang lain.
c. Lebih memperlihatkan segi hubungan pribadi dalam bekerja daripada tugas-tugas yang ada pada pekerjaan itu.
d. Melakukan pekerjaannya lebih giat apabila bekerjasama dengan orang lain.

Salah satu analisis kebutuhan afiliasi dikemukakan oleh Weiss (dalam Sears, 1985 : 211), yaitu apa yang disebutnya enam dasar “ketentuan hubungan sosial” yang diberikan berbagai hubungan bagi individu, yaitu :
a. Kasih sayang, merupakan rasa aman dan ketenangan yang diberikan oleh hubungan yang sangat erat
b. Integrasi sosial, merupakan perasaan berbagai minat dan sikap yang sering diberikan oleh hubungan dengan teman, rekan sekerja atau teman seregu. Hubungan semacam ini memungkinkan adanya persahabatan dan memberikan rasa mempunyai kepada kelompok
c. Harga diri, diperoleh jika ada orang yang mendukung perasaan kita bahwa kita adalah orang yang berharga dan berkemampuan
d. Rasa persatuan yang dapat dipercaya, melibatkan pengertian bahwa orang akan membantu kita pada saat kita membutuhkan
e. Bimbingan, diberikan oleh konselor, orang tua, guru, teman-teman lain yang nasehat dan informasinya kita harapkan
f. Kesempatan untuk mengasuh, terjadi jika kita bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Mengasuh orang lain memberikan perasaan bahwa kita dibutuhkan dan penting.

3. Alasan-alasan Individu Memenuhi Kebutuhan Afiliasi
Setiap individu memiliki alasan yang berbeda - beda dalam memenuhi kebutuhan afiliasi. Beberapa para ahli mengemukakan alasan - alasan seseorang untuk berafiliasi. Menurut McAdams dan Losof (dalam Sarlito, 1999 : 201) alasan individu berafiliasi diantaranya adalah :
a. Kebutuhan untuk mengurangi kecemasan atau ketidakpastian
b. Mendapat rangsang positif dari orang lain
c. Mendapat dukungan emosional
d. Mendapat perhatian dari orang lain

Zimbardo dan Formika (dalam Zimbardo, 1980 : 256) mengemukakan bahwa dalam keadaan yang tidak menekankan individu berafiliasi untuk dicintai dan mencintai, untuk menghibur diri dan berbagi dengan orang lain. Sedangkan bila dalam keadaan yang menekan, individu akan berafiliasi dengan alasan selain untuk menghibur diri, juga untuk membandingkan emosi dirinya dengan orang lain dan melakukan katarsis (berbicara dengan orang lain akan mengurangi tekanan).

Boyatzis (dalam A.S Munandar, 1993 : 77) mengatakan keinginan berafiliasi berdasarkan dua cara, yaitu :
a. Approach Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan untuk menciptakan, membangun hubungan baik, penuh kasih sayang, mengadakan kontak dengan orang lain.

b. Avoidance Affiliation
Yaitu persahabatan yang berdasarkan keinginan untuk menghindari sesuatu. Menyangkut keinginan untuk mempertahankan persahabatan, takut ditolak atau ditinggalkan sendirian oleh orang lain. Selalu ingin mencari persetujauan dengan orang lain, mencari pertolongan untuk meyakinkan diri bahwa orang lain masih tetap ingin bersahabat dan menaruh perhatian pada dirinya.

James dan Joan (1990 : 247) menyatakan bahwa seorang individu memiliki alasan untuk berafiliasi berdasarkan tiga teori, yaitu :
a. Social Change Theory (Teori Pertukaran Sosial)
Seseorang berafiliasi untuk mencapai tujuan tertentu, tujuan ini hanya dapat dicapai bila individu berafiliasi dengan orang lain. Berafiliasi dengan orang lain dijadikan perantara untuk mencapai tujuan.

b. Reinforcement Theory (Teori Penguatan)
Kebutuhan akan penghargaan maupun identitas diri hanya dapat dipenuhi bila ada orang lain. Oleh sebab itu individu berafiliasi dengan keinginan untuk mendapatkan penghargaan maupun identitas diri.

c. Social Comparison Theory (Teori Perbandingan Sosial)
Individu berafiliasi untuk membandingkan perasaan mereka sendiri dengan perasaan orang lain dalam situasi yang sama.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa individu memiliki alasan untuk memenuhi kebutuhan afiliasi karena adanya tujuan yang ingin dicapai dalam kehidupan sosial, individu dapat menghibur diri serta dapat membandingkan perasaan emosinya dengan orang lain. Tanpa afiliasi individu tidak akan dapat bekerja sendiri dalam mencapai tujuan.

4. Kebutuhan Afiliasi pada Lanjut Usia
Pada dasarnya kebutuhan berafiliasi ada pada setiap manusia, pada lanjut usia kebutuhan berafiliasi dilakukan dengan menjalin persahabatan, secara khusus sahabat berfungsi penting untuk kesehatan psikologisnya dan sahabat dimasa - masa sulit yang dialaminya (Lewittes, 1998 : 99).

Selain keluarga, lanjut usia di panti werdha akan berusaha memenuhi kebutuhan berafiliasinya dengan menjalin hubungan yang baik dengan teman - teman di panti. Kesempatan memilih sahabat merupakan hal yang penting bagi para lanjut usia terutama bagi lanjut usia yang tidak dapat lagi mengontrol hal - hal lain dalam hidup lanjut usia. Keakraban suatu persahabatan penting untuk meyakinkan apakah lanjut usia masih dihargai dan diperlukan walaupun lanjut usia telah kehilangan beberapa hal yang berarti dalam hidupnya, seperti kesehatan dan lain - lainnya.
Penelitian ini menekankan pada aspek yang berbeda dari persahabatan pada lanjut usia yaitu adanya persamaan minat, keterlibatan sosial dan saling membantu. Bagi para lanjut usia, kebutuhan afiliasi berfungsi untuk memahami perasaan dan pikiran-pikirannya yang paling dalam, membicarakan kecemasan dan keluhan-keluhan penyakit yang dideritanya, berbagi rasa dan pengalaman sehubungan dengan perubahan dan krisis-krisis yang dihadapinya pada masa tua (Papalia & Olds, 1992 : 147).

Beberapa studi menemukan bahwa kebutuhan berafiliasi secara nyata berefek positif terhadap semangat hidup, kebahagiaan, dan kepuasan hidup diantara orang lanjut usia (Aizenberg & Treas; Fisher & rekan; Roberto & Kimboko dalam Lemme, 1995 : 90).

Menurut Havighurst (dalam Hurlock, 1992 : 10) membagi tugas perkembangan, yaitu :
a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan.
b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiunan dan berkurangnya pendapatan.
c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
d. Membentuk hubungan dengan orang – orang seusia.
e. Pengaturan kehidupan fisik yang menyenangkan atau memuaskan.
f. Menyesuaikan diri dengan persaan sosial yang luwes.

Menurut Hurlock (1992 : 442) juga ada kebutuhan lanjut usia yang diperlukan untuk mencapai kebahagiaan pada masa tua, yaitu : kebutuhan yang diterima “acceptance”, kebutuhan afektif “affection”, kebutuhan prestasi “achievement”.

Hasil survey menemukan semangat hidup pada lanjut usia lebih kuat hubungannya pada interaksi dengan sahabat. Dengan adanya sahabat dapat memberikan stimulasi nilai, menambah daya tarik dan kesempatan untuk bersosialisasi dalam hidup, memperluas pengetahuan, memberikan ide atau pandangan (Babhuck; Geneway dalam Papalia & Olds, 1992 : 146).

Hubungan lanjut usia dengan teman - teman di panti memang berbeda hubungannya dengan keluarga karena lanjut usia dapat memilih dengan siapa lanjut usia ingin berteman. Menurut Lewittes (1998 : 55) lanjut usia memilih sahabatnya atas dasar beberapa hal yaitu : kesamaan usia, kesamaan jenis kelamin, tempat tinggal, kesamaan suku, kesamaan status sosial-ekonomi, persamaan status perkawinan.

Dari uraian diatas, maka dapat ditari kesimpulan bahwa definisi kebutuhan berafiliasi pada lanjut usia adalah suatu keinginan yang mendorong seseorang untuk menjalin hubungan persahabatan yang positif dan berafeksi dengan orang lain, dengan cara berbagi rasa dan pengalaman sehubungan dengan krisis yang dihadapinya pada masa tua.

C. Hubungan Antara Kebutuhan Berafiliasi Dengan Kecenderungan Depresi Pada Wanita Lanjut Usia
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial karena setiap manusia memiliki kebutuhan untuk dapat intim atau akrab dengan sesamanya (need for intimacy) dimana kebutuhan ini muncul pertama kali pada saat seorang bayi ingin menjalin kontak dengan orang lain (Fromm-Reichman dalam Peplau & Perlan, 1982 : 4). Hal ini ditambahkan oleh Mc Dougall (dalam Atkinson & Hillgard, 1996 : 6) yang menyatakan bahwa salah satu naluri manusia yaitu suka berteman. Jika kebutuhan untuk kontak dengan orang lain atau berinteraksi sosial tidak dapat terpenuhi maka akan menimbulkan perasaan tertekan pada individu yang bersifat subyektif.

Dengan berjalannya waktu, sesungguhnya kebutuhan tersebut tetap sama sepanjang masa remaja atau dewasa, kebutuhan tersebut dapat langsung terpenuhi tanpa mengalami kesulitan yang berarti. Keterlibatan individu pada situasi sekolah, kerja, teman sekelompok dan pasangan hidup, dengan kemampuan mobilitas yng tinggi lebih memungkinkan terjadinya kontak sosial. Tetapi pada masa lanjut usia terjadi perubahan-perubahan dalam peran sosial dan emosional. Menurut Hyuck, Hoyer dan Kivett (dalam Schultz & Moore, 1984 : 195) masa ini ditandai dengan kehilangan kekuatan ekonomi dan sosial, kehilangan pasangan hidup dan teman-teman yang menimbulkan perubahan peran dan pengurangan keterlibatan lanjut usia dalam interaksi sosial.

Dengan keadaan yang seperti itu, para lanjut usia diharapkan melakukan penyesuaian diri dengan tugas-tugas perkembangan yang dihadapi. Lanjut usia diharapkan dapat menyesuaikan diri terhadap kemunduran kesehatan, pensiun, kematian pasangan hidup dan mengembangkan hubungan kedekatan dengan teman seusia serta anak, cucu atau keluarga lainnya.

Namun, sejalan dengan perkembangan masyarakat menuju modernisasi terjadi pula pergeseran dalam pola interaksi keluarga. Perubahan-perubahan yang cepat, kesibukan, pekerjaan dan munculnya teknologi baru yang dapat menimbulkan kesenjangan pengalaman antar generasi tua dan muda. Akibatnya komunikasi dan keakraban hubungan didalam keluarga menjadi berkurang. Penghargaan terhadap lanjut usia sering hanya diwujudkan dalam bentuk materi.

Pada dasarnya lanjut usia masih membutuhkan perhatian dan dukungan dari keluarganya sebagai tempat bergantung yang terdekat. Lanjut usia ingin hidup bahagia dan tenang dihari tua serta masih ingin diakui keberadaannya. Namun seiring dengan bertambah tuanya individu, anak – anak dan teman – temannya juga semakin sibuk dengan masalahnya sendiri.

Sebenarnya lanjut usia tidak akan menimbulkan masalah yang berarti bagi keluarganya apabila keluarganya masih sanggup merawatnya. Namun, bila keluarganya menjadi semakin sibuk dan tidak memiliki waktu dan tenaga untuk merawatnya, salah satu jalan yang dipilih adalah dengan menempatkan lanjut usia di panti werdha. Keputusan keluarga untuk menempatkan lanjut usia di panti werdha belum tentu diterima oleh lanjut usia. Lanjut usia mungkin saja merasa terbuang, tidak dibutuhkan lagi, terisolasi dan kehilangan orang – orang yang dicintai (Turner & Helms, 1983). Hal ini menyebabkan lanjut usia harus mampu menyesuaikan diri diri dan menjalin hubungan yang baik dengan sesama penghuni panti, apabila lanjut usia tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan panti, lanjut usia akan merasa kesepian dan mudah mengalami depresi.

Salah satu cara umum untuk mengatasi depresi adalah dengan cara berafiliasi atau berintegrasi dengan orang lain. Kebutuhan berafiliasi pada lanjut usia terutama mengarah pada kebutuhan berada dengan keluarganya terutama anak – anaknya karena kebersamaan didalam keluarga merupakan hal yang sangat didambakan oleh setiap individu, terutama bagi para lanjut usia. Berkumpul bersama pasangan, anak, cucu, membuat harapan hidup para lanjut usia bertambah panjang dan hubungan yang baik diantara semua anggota keluarga merupakan suatu kebahagiaan yang besar bagi para lanjut usia (Turner & Helms, 1995 : 215).

Menurut Mullins dan Dugan (dalam Nanik Afida, 2000 : 185) menyatakan bahwa anggota keluarga, terutama anak – anak cenderung menyumbang lebih besar terhadap kebahagiaan para lanjut usia daripada teman – teman. Sumbangan ini dapat beripa dukungan emosional, penjagaan kesehatan, dan dukungan finansial. Selain itu, perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh anak – anaknya dapat meningkatkan kepuasan serta rasa aman, sehingga membuat para lanjut usia merasa kebutuhan berafiliasinya terpenuhi.Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa jika sedang mengalami depresi, individu termotivasi untuk mencari orang lain yang mengalami situasi yang sama. Alasannya ada dua macam. Pertama, berkumpul dengan orang lain dan berbicara kepada mereka tentang keadaan yang dialami tampaknya dapat menolong untuk mengurangi depresi yang dialaminya. Kedua, dengan membandingkan reaksi individu itu sendiri dengan orang lain, sehingga individu dapat lebih mampu mengatur dan mengevaluasi perasaan individu tersebut. Dengan kata lain, individu dapat mengurangi depresi yang dialaminya dengan cara berafiliasi dengan orang lain.

Tambahan sumber : http://mklh12depresi.blogspot.com/

Tuesday, April 17, 2012

TUGAS KULIAH ( SOSOK SEORANG IBU )


Sosok Seorang Ibu,.,.,

Sembilan bulan sudah ibu kita telah mengandung tidak ada kata lelah baginya untuk apa yang akan diberikan kepada anaknya, hingga kemudian terlahirlah sang putera. Ibu selalu hadir disana siang dan malam untuk merawat sibuah hati, menggendongnya, menyusui, memberinya makan hingga memandikannya. Dan tak terasa hingga kita sudah beranjak dewasa. Seakan cepat waktu ini bergulirnya. Demi hartanya dia rela untuk mengorbankan apa apa yang di berikan kepada anaknya. Untuk itu hormatilah ibu jangan pernah sesekali untuk menyakitinya, dan balaslah atas jasa-jasanya berikanlah kebahagiaan untuknya.
Dalam hadist disebutkan bahwa “surga itu berada ditelapak kaki ibu” maka berbaktilah kepada ibumu, dalam kisah malin kundang di uraikan bahwa seorang malin telah durhaka terhadap ibunya, dalam hadist disebutkan bahwa hanya orang- oaring yang durhaka kepada ibunya maka baginya akan celaka sehingga kebesaran tuhan itu ditunjukan terhadap simalin yang dikutuk menjadi batu.
Ibu adalah perpanjangan tangan Tuhan. Bahkan, kata sebuah hadits, seandainya di dunia ini ada makhluk yang pantas disembah, maka makhluk itu adalah ibu. “Ibumu…… Ibumu…… Ibumu….” Begitu ulang lisan mulia Rasulullah hingga tiga kali, ketika salah seorang sahabat menanyakan siapa yang paling pantas untuk dihormati.

Kebaikan : Sosok Ibu memiliki kebaikan yang tak akan pernah terbayar oleh bumi dan isinya untuk itu hormatimalah ibu dan berbaktilah kepadanya
Keburukan : Seorang Malin Kundang yang telah durhaka terhadap ibunya sehingga dia mendapat kutukan
Saran : Jangan pernah berperilaku tidak baik terhadap ibu, sayangilah ibu seperti dia menyayangi kita, hormatilah pula dan berbaktilah kepadanya niscaya kebaikan itu akan selalu abadi baginya.


JUAL PANGKON BREKET STAMPER KUDA MIKASA MTR 80 085710575024

 Pangkon stamper kuda atau dudukan mesin stamper khusus mikasa mtr 80, yang mau modidikasi ganti mesin pake tipe honda gx 160 ataupun sejeni...